Langsung ke konten utama

Amr Al Uqaisy Ra

 ~~~๐Ÿ–‹️﷽

*๐Ÿƒ๐Ÿ’ž⸽⃟∘̥⃟๐Ÿ“š✨ _Kisah Para_*

*_Sahabat Nabi~~~_✨๐Ÿ•Š️⸽⃟∘̥⃟*๐Ÿ’ž๐Ÿƒ

*༺═───────────*───═  ﷽

๐ŸŒด๐ŸŒด๐ŸŒด๐ŸŒด๐ŸŒด๐ŸŒด๐ŸŒด๐ŸŒด๐ŸŒด๐ŸŒด๐ŸŒด

_๐Ÿ‡ฎ๐Ÿ‡ฉMenuju Indonesia Bertauhid☝๐Ÿป_


*_Sahabat Fillah~~~_*




Amr bin Uqaisy mempunyai tagihan bunga pinjaman yang cukup besar semasa jahiliah, dan ia masih menginginkan "haknya" tersebut diperoleh, mungkin rasa "hubbud dunya"nya masih tinggi. Hal itulah yang menghalangi dia untuk memeluk Islam, sebagaimana saudara dan kerabatnya yang lain. Islam memang melarang untuk mengambil riba kecuali pokok pinjamannya saja, walaupun hal itu telah disepakati pada akad pinjam meminjam sebelum memeluk Islam. Amr berfikir, kalau ia telah menerima semua bunga pinjaman tersebut, barulah ia akan masuk Islam. 


Suatu ketika pada hari terjadinya perang Uhud, ia bertanya kepada orang sekitarnya, “Dimanakah para kemenakanku?"  


Mereka menjelaskan kalau mereka sedang berperang di Uhud bersama Rasulullah SAW.


“Di Uhud?" Katanya.


Sejenak Amr terpekur, seakan-akan ia sedang berbicara dengan dirinya sendiri. Tak lama kemudian ia memakai baju besi dan menaiki kudanya, memacunya ke arah Uhud. Ketika pasukan Islam melihat kedatangannya, mereka berkata, "Menyingkirlah dari kami, hai Amr!"


Amr berkata, "Sesungguhnya aku telah beriman."


Kemudian ia menerjunkan diri dalam pertempuran, menerjang musuh dengan semangat membara, tak kalah dengan sahabat-sahabat lainnya. Setelah pertempuran usai, Amr ditemukan mengalami luka yang cukup parah dan ia diantarkan kembali kepada keluarganya.  


Beberapa hari berselang, sahabat Sa'd bin Muadz datang mengunjunginya. Ia menyuruh adik perempuan Amr untuk menanyakan kepada kakaknya tersebut, ia berperang itu untuk membela dan melindungi keluarganya, atau marah demi Allah dan RasulNya. Ketika hal itu ditanyakan sang adik, Amr berkata, "Aku berperang karena marah demi Allah dan RasulNya." Beberapa waktu kemudian ia meninggal, dan Nabi SAW menggolongkannya sebagai ahlu jannah, walaupun ia belum sempat shalat sama sekali dalam keislamannya tersebut.



๐ŸŒธ๐Ÿ“š~~~๐Ÿ–‹️

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah Orang Kaya Naik Haji yang Menitipkan Uang

Di kitab irsyadul ibad Novi Amanah 19 Juli 2018 AsSAJIDIN.COM   — “Ada Setelah selesai melaksanakan hajinya, orang kaya itu mendatangi rumah orang yang diberi amanah menyimpan uangnya tsb. Sesampainya di rumah orang itu, ternyata orang tersebut telah wafat.   Orang kaya itupun bertanya kepada ahli warisnya. Namun tidak satupun diantara ahli warisnya mengetahui perihal uang titipan tersebut. Orang kaya itupun kebingungan dan bertanya-tanya dalam hatinya, di manakah uang yang disimpan oleh orang yang diberi amanat tersebut?   Orang kaya itupun mendatangi seorang alim di kota Mekkah, lalu menceritakan tentang uangnya tersebut.   Orang alim itu berkata : “Di sepertiga malam akhir nanti, pergilah kamu ke Sumur Zam-Zam, panggillah nama temanmu yang kau titipi uang itu, dibibir sumur. Jika temanmu adalah orang yang baik , dan termasuk seorang ahli Surga, maka dia pasti akan menjawab panggilanmu, lalu tanyakanlah kepadanya, dimanakah ia menyimpan uangmu”.   Pada akhir malam, orang kaya itupun

GARAM DAN TELAGA* 

Suatu ketika, hiduplah seorang tua yang bijak. Pada suatu pagi, datanglah seorang anak muda yang sedang dirundung banyak masalah. Langkahnya gontai dan air muka yang ruwet. Tamu itu, memang tampak seperti orang yang tak bahagia. Tanpa membuang waktu, orang itu menceritakan semua masalahnya. Pak Tua yang bijak, hanya mendengarkannya dengan seksama. Ia lalu mengambil segenggam garam, dan meminta tamunya untuk mengambil segelas air. Ditaburkannya garam itu kedalam gelas, lalu diaduknya perlahan. “Coba, minum ini, dan katakan bagaimana rasanya..”, ujar Pak tua itu. “Pahit. Pahit sekali”, jawab sang tamu, sambil meludah kesamping. Pak Tua itu, sedikit tersenyum. Ia, lalu mengajak tamunya ini, untuk berjalan ke tepi telaga di dalam hutan dekat tempat tinggalnya. Kedua orang itu berjalan berdampingan, dan akhirnya sampailah mereka ke tepi telaga yang tenang itu. Pak Tua itu, lalu kembali menaburkan segenggam garam, ke dalam telaga itu. Dengan sepotong kayu, dibuatnya gelombang mengaduk-aduk d

Dialog Waliyullah dengan virus wabah penyakit

Suatu saat datang segerombolan jundullah dari wabah penyakit ganas yakni Wabah Tho'un yang hendak masuk ke kota Damasykus Syiria. Di tengah jalan mereka bertemu dengan salah seorang waliyullah. Maka terjadilah percakapan singkat antara keduanya. "Mau kemana Kalian....?" Tanya wali tersebut.......!!!!! "Kami diperintah oleh Allah Swt untuk memasuki kota Damasykus". Jawabnya.......!!!! "Seberapa Lama kamu akan tinggal di sana..? Dan kira- kira akan makan seberapa banyak Korban?. Tanya si-wali itu kembali. "Dua tahun lamanya dan menelan sekitar seribu korban meninggal dunia". Jawabnya dengan jelas. Selang dua tahun kemudian, Sang Wali tersebut bertemu kembali dengan segerombolan wabah penyakit ganas tersebut. Seraya berkata : "Mengapa dalam waktu dua tahun kalian memakan korban begitu banyak hingga lima puluh ribu orang....? Bukankah kalian dulu janji korbanya hanya seribu orang meninggal dunia....? " Subanallah sangat