Rabu, 28 Juli 2021

Keajaiban kecintaan kepada Al-Qur'an

 Kisah Nyata

telah disampaikan di pengajian rutin Sabtu  pagi di al musyarofah jakarta. sabtu 18 Desemsber 2021


 


Suatu ketika Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki Al-Hasani bercerita; dulu ada orang tua di Turki yang kesukaannya adalah membaca Al-Qur'an. Dari masa muda memang dia sangat suka  membaca Qur'an sampai di masa tuanya.


Namun ketika dia memasuki usia tua, dia mengalami kesulitan membaca karena kemampuan matanya sudah tidak seperti dulu lagi.


Lalu ia pun terlintas satu idea untuk menulis Al-Qur'an dengan tangannya sendiri dan ingin menulis dengan huruf agak besar sesuai dengan yang dia inginkan, supaya ia boleh membaca Al-Qur'an dengan jelas tanpa kesulitan sedikitpun.

Akhirnya selesailah Al-Qur'an hasil tulisan tangannya sendiri. Dan setiap hari ia membaca membawa Al-Qur'an itu kemana-mana.


Suatu saat ketika dia hendak wafat, ia berpesan kepada anaknya, nanti bila ia wafat maka hendaklah Al Qur'an yang dibuat dengan tulisan tangannya sendiri itu dikebumikan bersama jasadnya ke dalam kuburnya.


Selang berapa lama ia pun wafat dan anaknya pun segera menunaikan wasiat ayahnya untuk memasukkan Al-Qur'an itu kedalam kubur ayahnya bersama jasadnya pada saat pemakamannya.

Setelah satu tahun berlalu dari wafat ayahnya, anaknya menunaikan ibadah haji. Dan saat anaknya berada di Madinah, anaknya berjalan-jalan ke tempat-tempat perniagaan. Kebetulan ia memasuki sebuah toko kitab kaligrafi di Madinah. Alangkah terkejut anaknya ketika melihat Al-Qur'an yang ditulis ayahnya ada di toko itu.


Ia pun bertanya kepada penjual di toko itu sambil menunjukkan Al-Qur'an itu kepadanya ;-

"Dari manakah tuan dapat Al-Qur'an ini?"


"Saya mendapatkan al Qur'an itu dari seorang penggali kubur," jawab penjual itu.


"Bolehkah tidak tuan mempertemukan saya dengan penggali kubur tersebut?"


Lalu penjual buku itu pun segera mempertemukannya dengan penggali kubur tersebut.


Setelah bertemu dengan penggali kubur itu, anaknya tadi segera bertanya kepada penggali kubur.


"Bagaimana tuan mendapatkan Al-Qur'an ini?" Katanya, sambil menunjukkan Al Qur'an tulisan tangan ayahnya kepada penggali kubur tersebut.

"Saat saya menggali kubur untuk seseorang di baqi' (pemakaman di Madinah), saya melihat sebuah jasad yang masih utuh dan di samping jasad itu ada sebuah Al-Qur'an tulisan tangan yg sama dengan yang ada di tangan tuan  sekarang ini. 


Saya pun mengambilnya dan menyimpannya, dan suatu ketika saya memerlukan uang, karena saya amat perlukan uang akhirnya saya menjualnya ke sebuah toko buku," jawabnya.


"Bolehkah tuan menunjukkan kepada saya, dimana letak posisi makam dimana tuan menemukan Al-Qur'an ini. 


Dan kalau tak keberatan bolehkah tuan menggali makam tersebut untuk saya sekali saja, karena saya ingin melihat orang yang ada di dalam makam tersebut," terang si anak.


"InsyaAllah saya akan lakukan jika itu yang tuan pinta," jawab penggali kubur.

Setelah penggalian dilakukan oleh si penggali kubur. 


Akhirnya tampaklah, ternyata memang jasad ayahnya yang berada di dalam kubur tersebut, sementara jasadnya dalam keadaan masih utuh !!.


Anak itupun menangis melihat jasad ayahnya tersebut dan kagum dengan keajaiban tersebut. 


Padahal dia melihat sendiri saat pemakaman ayahnya itu di Turki setahun yang lalu. Dan bagaimana mungkin makam ayahnya sekarang berada di Madinah.


Mengenai hal ini As-Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki Al-Hasani berkata:

المَرْءُ مَعَ مَنْ اَحَبَّ

Ertinya:

"Seseorang itu dikumpulkan bersama orang yang dia cintai". 

Baik di dunia, di alam kubur ataupun di akhirat nanti. 


Karena orang yang di dalam kubur tersebut mencintai Rasulullah s.a.w., maka Allah s.w.t. mengumpulkan dia dengan Rasulullah s.a.w., baik secara zohir ataupun secara batin.


Menurut Imam Al Ghozali, hal itu bukan suatu perkara yang sulit atau mustahil. Dan kejadian seperti itu memang sudah sering terjadi.

Hal itupun banyak dibahas dalam kitab Karomatul Auliya' karya As-Syeikh Yusuf An Nabhani, Thobaqotul Auliya' karya As-Syeikh Sirojuddin ibnu Al-Mulaqqon, dan Hilyatul Auliya' karya As-Syeikh Abu Nu'aim Al Ashbahani.


Keutamaan Membaca Al-Qur'an

Ramadan sangat istimewa, salah satunya karena menjadi bulan diturunkannya Al-Qur'an. Karenanya, Ramadan sering dijadikan sebagai bulan membaca Al-Qur'an.

Umat Islam dalam menjalani ibadah puasa Ramadan, banyak yang mengisi hari-harinya dengan membaca dan memahami Al-Qur'an. Banyak keutamaan dari membaca dan memahami Al-Qur'an.

Syekhul Islam Muhyiddin Abu Zakariyya Yahya bin Syaraf An-Nawawi dalam kitabnya, Riyaadhus-Shaalihiin, membuat bab khusus tentang Keutamaan Membaca Al-Qur'an, di antaranya:

Pertama, Al-Qur’an akan menjadi syafaat atau penolong di hari kiamat untuk para pembacanya.

عن أَبي أُمامَةَ رضي اللَّه عنهُ قال : سمِعتُ رسولَ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم يقولُ : « اقْرَؤُا القُرْآنَ فإِنَّهُ يَأْتي يَوْم القيامةِ شَفِيعاً لأصْحابِهِ » رواه مسلم

Dari Abu Amamah ra, aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Bacalah Al-Qur’an, karena sesungguhnya ia akan menjadi syafaat bagi para pembacanya di hari kiamat.” (HR. Muslim); 

Kedua, orang yang mempelajari dan mengajarkan Al-Qur’an merupakan sebaik-baik manusia. 

عن عثمانَ بن عفانَ رضيَ اللَّه عنهُ قال : قالَ رسولُ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : « خَيركُم مَنْ تَعَلَّمَ القُرْآنَ وَعلَّمهُ »  رواه البخاري

Dari Usman bin Affan ra, Rasulullah saw. bersabda, “Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Tirmidzi); 

Ketiga, untuk orang-orang yang mahir membaca Al-Qur’an, maka kelak ia akan bersama para malaikat-Nya; 

عن عائشة رضي اللَّه عنها قالتْ : قال رسولُ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : « الَّذِي يَقرَأُ القُرْآنَ وَهُو ماهِرٌ بِهِ معَ السَّفَرةِ الكرَامِ البررَةِ » متفقٌ عليه .

Dari Aisyah ra, berkata; bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Orang yang membaca Al-Qur’an dan ia mahir membacanya, maka kelak ia akan bersama para malaikat yang mulia lagi taat kepada Allah.” (HR. Bukhari Muslim);

Keempat, untuk mereka yang belum lancar dalam membaca dan mengkhatamkan Al-Qur’an, tidak boleh bersedih, sebab Allah tetap berikan dua pahala. 

« وَاٌلَذِي يَقُراٌ القُرانَ وَيَتَتَعتَعُ فِيه وَهُوَ عَلَيهِ شَاقٌ لَه اَجَران » متفقٌ عليه

Rasulullah bersabda, “Dan orang yang membaca Al-Qur’an, sedang ia masih terbata-bata lagi berat dalam membacanya, maka ia akan mendapatkan dua pahala.” (HR. Bukhari Muslim); 

Kelima, Al-Qur’an dapat meningkatkan derajat kita di mata Allah. 

عن عمرَ بن الخطابِ رضي اللَّه عنهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قال : « إِنَّ اللَّه يرفَعُ بِهذَا الكتاب أَقواماً ويضَعُ بِهِ آخَرين » رَوَاهُ مُسْلِمُ

Dari Umar bin Khatab ra. Rasulullah saw. bersabda,: “Sesungguhnya Allah SWT. akan mengangkat derajat suatu kaum dengan kitab ini (Al-Qur’an), dengan dengannya pula Allah akan merendahkan kaum yang lain.” (HR. Muslim); 

Dalam literatur hadis lain, dijelaskan juga tentang keutamaan membaca Al-Qur'an. Antara lain, bahwa Allah akan menurunkan ketenangan, rahmat dan memuji suatu kaum yang melantunkan ayat-ayat Al-Qur’an, serta malaikat akan melingkarinya.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ الله : « وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللهِ، وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ، إلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ، وَحَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ، وَذَكَرَهُمُ اللهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ »  رَوَاهُ مُسْلِمُ.

Dari Abu Hurairah RA, ia berkata: “Rasulullah SAW. bersabda, “Tidaklah suatu kaum berkumpul dalam salah satu rumah dari rumah-rumah Allah (masjid), untuk membaca Al-Qur’an dan mempelajarinya, kecuali akan diturunkan kepada mereka ketenangan, dan mereka dilingkupi rahmat Allah, para malaikat akan mengelilingi mereka dan Allah akan menyebut-nyebut mereka di hadapan makhluk-Nya yang berada didekat-Nya (para malaikat).” (HR. Muslim) 

Selain itu, mengkhatamkan Al-Qur’an adalah amal yang paling dicintai Allah. Dalam hadis riwayat Imam Tirmidzi dijelaskan:

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ : قَالَ رَجُلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ الْعَمَلِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ؟ قَالَ : الْحَالُّ الْمُرْتَحِلُ - قَالَ : وَمَا الْحَالُّ الْمُرْتَحِلُ؟ قَالَ الَّذِي يَضْرِبُ مِنْ أَوَّلِ الْقُرْآنِ إِلَى آخِرِهِ كُلَّمَا حَلَّ ارْتَحَلَ .(رواه الترمذي : 2872 – سنن الترمذي - بَاب مَا جَاءَ أَنَّ الْقُرْآنَ أُنْزِلَ عَلَى سَبْعَةِ أَحْرُفٍ – الجزء : 10 – صفحة : 202)

Dari Ibnu Abbas ra, beliau mengatakan ada seseorang yang bertanya kepada Rasulullah saw., “Wahai Rasulullah, amalan apakah yang paling dicintai Allah?” Beliau menjawab, “Al-hal wal murtahal.” Orang ini bertanya lagi, “Apa itu al-hal wal murtahal, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Yaitu yang membaca Al-Qur’an dari awal hingga akhir. Setiap kali selesai ia mengulanginya lagi dari awal.” (HR. Tirmidzi:2872, Sunan Tirmidzi, Bab maa jaa-a annal-Qur’an unzila ‘alaa sab’ati ahruf, juz 10, hal.202


"Ya Allah ya Tuhan kami, apabila kami telah meninggal nanti, Engkau pindahkanlah jasad kami ke pemakaman Baqi', moga kami dapat berada dekat dengan insan yg amat kami kasihi habibina Rasulullah s.a.w ". 

Kabulkanlah ya Rabb.. Aamiin... 🤲

Sumber: grup Wa

Minggu, 25 Juli 2021

B͟A͟T͟A͟L͟ M͟I͟S͟K͟I͟N͟ L͟A͟G͟I͟

 (s͟u͟n͟g͟g͟u͟h͟ s͟e͟d͟e͟k͟a͟h͟ i͟t͟u͟ s͟a͟n͟g͟a͟t͟ a͟m͟p͟u͟h͟)


D͟i͟ z͟a͟m͟a͟n͟ N͟a͟b͟i͟ M͟u͟s͟a͟ A͟S͟, a͟d͟a͟ s͟e͟p͟a͟s͟a͟n͟g͟ s͟u͟a͟m͟i͟ i͟s͟t͟r͟i͟ y͟a͟n͟g͟ h͟i͟d͟u͟p͟ d͟e͟n͟g͟a͟n͟ p͟e͟n͟u͟h͟ k͟e͟m͟i͟s͟k͟i͟n͟a͟n͟ n͟a͟m͟u͟n͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟ m͟e͟n͟g͟h͟a͟d͟a͟p͟i͟n͟y͟a͟ d͟e͟n͟g͟a͟n͟ p͟e͟n͟u͟h͟ k͟e͟s͟a͟b͟a͟r͟a͟n͟.


S͟u͟a͟t͟u͟ k͟e͟t͟i͟k͟a͟, t͟a͟t͟k͟a͟l͟a͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟ b͟e͟r͟i͟s͟t͟i͟r͟a͟h͟a͟t͟, s͟a͟n͟g͟ i͟s͟t͟r͟i͟ b͟e͟r͟t͟a͟n͟y͟a͟ k͟e͟p͟a͟d͟a͟ s͟u͟a͟m͟i͟n͟y͟a͟: 

"W͟a͟h͟a͟i͟ s͟u͟a͟m͟i͟k͟u͟, b͟u͟k͟a͟n͟k͟a͟h͟ M͟u͟s͟a͟ a͟d͟a͟l͟a͟h͟ s͟e͟o͟r͟a͟n͟g͟ N͟a͟b͟i͟ y͟a͟n͟g͟ b͟i͟s͟a͟ b͟e͟r͟b͟i͟c͟a͟r͟a͟ d͟e͟n͟g͟a͟n͟ T͟u͟h͟a͟n͟n͟y͟a͟ (A͟l͟l͟a͟h͟)..?"


L͟a͟l͟u͟ s͟a͟n͟g͟ s͟u͟a͟m͟i͟ m͟e͟n͟j͟a͟w͟a͟b͟ : 

"Y͟a͟, b͟e͟n͟a͟r͟."


S͟a͟n͟g͟ i͟s͟t͟r͟i͟ b͟e͟r͟k͟a͟t͟a͟ l͟a͟g͟i͟: 

"K͟e͟n͟a͟p͟a͟ k͟i͟t͟a͟ t͟i͟d͟a͟k͟ p͟e͟r͟g͟i͟ s͟a͟j͟a͟ k͟e͟p͟a͟d͟a͟-n͟y͟a͟ u͟n͟t͟u͟k͟ m͟e͟n͟g͟a͟d͟u͟k͟a͟n͟ k͟o͟n͟d͟i͟s͟i͟ k͟i͟t͟a͟ y͟a͟n͟g͟ p͟e͟n͟u͟h͟ d͟e͟n͟g͟a͟n͟ k͟e͟m͟i͟s͟k͟i͟n͟a͟n͟ d͟a͟n͟ m͟e͟m͟i͟n͟t͟a͟n͟y͟a͟ a͟g͟a͟r͟ i͟a͟ b͟e͟r͟b͟i͟c͟a͟r͟a͟ k͟e͟p͟a͟d͟a͟ R͟a͟b͟b͟-n͟y͟a͟, a͟g͟a͟r͟ D͟i͟a͟ m͟e͟n͟g͟a͟n͟u͟g͟e͟r͟a͟h͟k͟a͟n͟ k͟e͟p͟a͟d͟a͟ k͟i͟t͟a͟ k͟e͟k͟a͟y͟a͟a͟n͟ ?"


A͟k͟h͟i͟r͟n͟y͟a͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟ m͟e͟n͟g͟a͟d͟u͟k͟a͟n͟ k͟e͟m͟i͟s͟k͟i͟n͟a͟n͟n͟y͟a͟ i͟t͟u͟ k͟e͟p͟a͟d͟a͟ N͟a͟b͟i͟ M͟u͟s͟a͟ A͟S͟.


L͟a͟l͟u͟ N͟a͟b͟i͟ M͟u͟s͟a͟ b͟e͟r͟m͟u͟n͟a͟j͟a͟t͟ m͟e͟n͟g͟h͟a͟d͟a͟p͟ A͟l͟l͟a͟h͟ S͟W͟T͟ d͟a͟n͟ m͟e͟n͟y͟a͟m͟p͟a͟i͟k͟a͟n͟ k͟e͟a͟d͟a͟a͟n͟ k͟e͟l͟u͟a͟r͟g͟a͟ t͟e͟r͟s͟e͟b͟u͟t͟.


A͟l͟l͟a͟h͟ S͟W͟T͟ p͟u͟n͟ b͟e͟r͟f͟i͟r͟m͟a͟n͟ k͟e͟p͟a͟d͟a͟ M͟u͟s͟a͟: 

"W͟a͟h͟a͟i͟ M͟u͟s͟a͟, k͟a͟t͟a͟k͟a͟n͟l͟a͟h͟ k͟e͟p͟a͟d͟a͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟, a͟k͟u͟ a͟k͟a͟n͟ m͟e͟m͟b͟e͟r͟i͟k͟a͟n͟ k͟e͟p͟a͟d͟a͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟ k͟e͟k͟a͟y͟a͟a͟n͟, t͟e͟t͟a͟p͟i͟ k͟e͟k͟a͟y͟a͟a͟n͟ i͟t͟u͟ a͟k͟u͟ b͟e͟r͟i͟k͟a͟n͟ h͟a͟n͟y͟a͟ s͟a͟t͟u͟ t͟a͟h͟u͟n͟,  d͟a͟n͟ s͟e͟t͟e͟l͟a͟h͟ s͟a͟t͟u͟ t͟a͟h͟u͟n͟, a͟k͟a͟n͟ a͟k͟u͟ k͟e͟m͟b͟a͟l͟i͟k͟a͟n͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟ m͟e͟n͟j͟a͟d͟i͟ o͟r͟a͟n͟g͟ m͟i͟s͟k͟i͟n͟ k͟e͟m͟b͟a͟l͟i͟."


L͟a͟l͟u͟ N͟a͟b͟i͟ M͟u͟s͟a͟ m͟e͟n͟y͟a͟m͟p͟a͟i͟k͟a͟n͟ k͟e͟p͟a͟d͟a͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟ b͟a͟h͟w͟a͟s͟a͟n͟y͟a͟ A͟l͟l͟a͟h͟ t͟e͟l͟a͟h͟ M͟e͟n͟g͟a͟b͟u͟l͟k͟a͟n͟ p͟e͟r͟m͟o͟h͟o͟n͟a͟n͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟, d͟e͟n͟g͟a͟n͟ s͟y͟a͟r͟a͟t͟ k͟e͟k͟a͟y͟a͟a͟n͟ i͟t͟u͟ h͟a͟n͟y͟a͟ s͟a͟t͟u͟ t͟a͟h͟u͟n͟ l͟a͟m͟a͟n͟y͟a͟. 


M͟e͟r͟e͟k͟a͟ m͟e͟n͟e͟r͟i͟m͟a͟ k͟a͟b͟a͟r͟ t͟e͟r͟s͟e͟b͟u͟t͟ d͟e͟n͟g͟a͟n͟ p͟e͟n͟u͟h͟ k͟e͟b͟a͟h͟a͟g͟i͟a͟a͟n͟ d͟a͟n͟ k͟e͟g͟e͟m͟b͟i͟r͟a͟a͟n͟.


B͟e͟b͟e͟r͟a͟p͟a͟ h͟a͟r͟i͟ k͟e͟m͟u͟d͟i͟a͟n͟ d͟a͟t͟a͟n͟g͟l͟a͟h͟ r͟i͟z͟q͟i͟ y͟a͟n͟g͟ m͟e͟l͟i͟m͟p͟a͟h͟ d͟a͟r͟i͟ j͟a͟l͟a͟n͟ y͟a͟n͟g͟ t͟a͟k͟ d͟i͟k͟e͟t͟a͟h͟u͟i͟ d͟a͟r͟i͟m͟a͟n͟a͟ a͟r͟a͟h͟n͟y͟a͟.

D͟a͟n͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟p͟u͟n͟ m͟e͟n͟j͟a͟d͟i͟ o͟r͟a͟n͟g͟ t͟e͟r͟k͟a͟y͟a͟ p͟a͟d͟a͟ s͟a͟a͟t͟ i͟t͟u͟.


K͟e͟a͟d͟a͟a͟n͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟ p͟u͟n͟ b͟e͟r͟u͟b͟a͟h͟ d͟e͟n͟g͟a͟n͟ k͟e͟k͟a͟y͟a͟a͟n͟ y͟a͟n͟g͟ b͟e͟r͟l͟i͟m͟p͟a͟h͟. 


L͟a͟l͟u͟ s͟a͟n͟g͟ i͟s͟t͟r͟i͟ b͟e͟r͟k͟a͟t͟a͟ k͟e͟p͟a͟d͟a͟ s͟u͟a͟m͟i͟n͟y͟a͟: 

"W͟a͟h͟a͟i͟ s͟u͟a͟m͟i͟k͟u͟, s͟e͟l͟a͟m͟a͟ s͟e͟t͟a͟h͟u͟n͟ i͟n͟i͟ k͟i͟t͟a͟ a͟k͟a͟n͟ m͟e͟m͟b͟e͟r͟i͟ m͟a͟k͟a͟n͟ o͟r͟a͟n͟g͟-o͟r͟a͟n͟g͟ m͟i͟s͟k͟i͟n͟ d͟a͟n͟ m͟e͟n͟y͟a͟n͟t͟u͟n͟i͟ a͟n͟a͟k͟-a͟n͟a͟k͟ y͟a͟t͟i͟m͟ m͟u͟m͟p͟u͟n͟g͟ k͟i͟t͟a͟ m͟a͟s͟i͟h͟ p͟u͟n͟y͟a͟ k͟e͟s͟e͟m͟p͟a͟t͟a͟n͟, k͟a͟r͟e͟n͟a͟ s͟e͟t͟e͟l͟a͟h͟ s͟e͟t͟a͟h͟u͟n͟ k͟i͟t͟a͟ a͟k͟a͟n͟ k͟e͟m͟b͟a͟l͟i͟ m͟i͟s͟k͟i͟n͟."


S͟a͟n͟g͟ s͟u͟a͟m͟i͟ m͟e͟n͟j͟a͟w͟a͟b͟: "B͟a͟i͟k͟l͟a͟h͟, k͟i͟t͟a͟ a͟k͟a͟n͟ m͟e͟n͟g͟g͟u͟n͟a͟k͟a͟n͟ h͟a͟r͟t͟a͟ i͟n͟i͟ u͟n͟t͟u͟k͟ m͟e͟m͟b͟a͟n͟t͟u͟ o͟r͟a͟n͟g͟-o͟r͟a͟n͟g͟ y͟a͟n͟g͟ m͟e͟m͟b͟u͟t͟u͟h͟k͟a͟n͟n͟y͟a͟."


K͟e͟m͟u͟d͟i͟a͟n͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟ m͟e͟m͟b͟a͟n͟t͟u͟ o͟r͟a͟n͟g͟-o͟r͟a͟n͟g͟ y͟a͟n͟g͟ m͟e͟m͟b͟u͟t͟u͟h͟k͟a͟n͟, d͟a͟n͟ m͟e͟m͟b͟a͟n͟g͟u͟n͟ t͟e͟m͟p͟a͟t͟-t͟e͟m͟p͟a͟t͟ s͟i͟n͟g͟g͟a͟h͟ p͟a͟r͟a͟ M͟u͟s͟a͟f͟i͟r͟, s͟e͟r͟t͟a͟ m͟e͟n͟y͟e͟d͟i͟a͟k͟a͟n͟ m͟a͟k͟a͟n͟ g͟r͟a͟t͟i͟s͟ b͟a͟g͟i͟ o͟r͟a͟n͟g͟ y͟a͟n͟g͟ m͟e͟m͟b͟u͟t͟u͟h͟k͟a͟n͟.


S͟e͟t͟e͟l͟a͟h͟ s͟a͟t͟u͟ t͟a͟h͟u͟n͟ b͟e͟r͟l͟a͟l͟u͟, m͟e͟r͟e͟k͟a͟ m͟a͟s͟i͟h͟ t͟e͟t͟a͟p͟ s͟i͟b͟u͟k͟ m͟e͟n͟y͟e͟d͟i͟a͟k͟a͟n͟ m͟a͟k͟a͟n͟a͟n͟ s͟a͟m͟p͟a͟i͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟ l͟u͟p͟a͟ b͟a͟h͟w͟a͟s͟a͟n͟y͟a͟ s͟u͟d͟a͟h͟ s͟e͟t͟a͟h͟u͟n͟ l͟e͟b͟i͟h͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟ m͟e͟n͟j͟a͟d͟i͟ o͟r͟a͟n͟g͟ k͟a͟y͟a͟ d͟a͟n͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟ l͟u͟p͟a͟ b͟a͟h͟w͟a͟ a͟k͟a͟n͟ k͟e͟m͟b͟a͟l͟i͟ m͟e͟n͟j͟a͟d͟i͟ o͟r͟a͟n͟g͟ m͟i͟s͟k͟i͟n͟.


N͟a͟b͟i͟ M͟u͟s͟a͟ p͟u͟n͟ h͟e͟r͟a͟n͟ m͟e͟l͟i͟h͟a͟t͟ k͟e͟a͟d͟a͟a͟n͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟ y͟a͟n͟g͟ t͟e͟t͟a͟p͟ k͟a͟y͟a͟.

K͟e͟m͟u͟d͟i͟a͟n͟ N͟a͟b͟i͟ M͟u͟s͟a͟ b͟e͟r͟t͟a͟n͟y͟a͟ k͟p͟d͟ A͟l͟l͟a͟h͟ S͟W͟T͟ : 

"Y͟a͟ R͟a͟b͟b͟, b͟u͟k͟a͟n͟k͟a͟h͟ E͟n͟g͟k͟a͟u͟ b͟e͟r͟j͟a͟n͟j͟i͟ m͟e͟m͟b͟e͟r͟i͟k͟a͟n͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟ k͟e͟k͟a͟y͟a͟a͟n͟ h͟a͟n͟y͟a͟ s͟a͟t͟u͟ t͟a͟h͟u͟n͟ s͟a͟j͟a͟, k͟e͟m͟u͟d͟i͟a͟n͟ s͟e͟t͟e͟l͟a͟h͟ i͟t͟u͟ E͟n͟g͟k͟a͟u͟ a͟k͟a͟n͟ k͟e͟m͟b͟a͟l͟i͟k͟a͟n͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟ p͟a͟d͟a͟ k͟e͟m͟i͟s͟k͟i͟n͟a͟n͟ s͟e͟p͟e͟r͟t͟i͟ s͟e͟m͟u͟l͟a͟?"


A͟l͟l͟a͟h͟ S͟W͟T͟ p͟u͟n͟ b͟e͟r͟f͟i͟r͟m͟a͟n͟: 

"W͟a͟h͟a͟i͟ M͟u͟s͟a͟, A͟k͟u͟ t͟e͟l͟a͟h͟ m͟e͟m͟b͟u͟k͟a͟ s͟a͟t͟u͟ p͟i͟n͟t͟u͟ r͟i͟z͟q͟i͟ k͟e͟p͟a͟d͟a͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟, t͟e͟t͟a͟p͟i͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟ m͟e͟m͟b͟u͟k͟a͟ b͟e͟b͟e͟r͟a͟p͟a͟ p͟i͟n͟t͟u͟ r͟i͟z͟k͟i͟ u͟n͟t͟u͟k͟ h͟a͟m͟b͟a͟-h͟a͟m͟b͟a͟ K͟u͟."


"W͟a͟h͟a͟i͟ M͟u͟s͟a͟, m͟a͟k͟a͟ A͟k͟u͟ t͟i͟t͟i͟p͟k͟a͟n͟ l͟e͟b͟i͟h͟ l͟a͟m͟a͟ k͟e͟k͟a͟y͟a͟a͟n͟ i͟t͟u͟ p͟a͟d͟a͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟."


"W͟a͟h͟a͟i͟ M͟u͟s͟a͟, A͟k͟u͟ s͟a͟n͟g͟a͟t͟ m͟a͟l͟u͟ j͟i͟k͟a͟l͟a͟u͟ a͟d͟a͟ h͟a͟m͟b͟a͟-K͟u͟ y͟a͟n͟g͟ l͟e͟b͟i͟h͟ m͟u͟l͟i͟a͟ d͟a͟n͟ l͟e͟b͟i͟h͟ p͟e͟m͟u͟r͟a͟h͟ d͟a͟r͟i͟p͟a͟d͟a͟ A͟k͟u͟."


N͟a͟b͟i͟ M͟u͟s͟a͟ m͟e͟n͟j͟a͟w͟a͟b͟: 


سبحانك اللهم ماأعظم شأنك وأرفع مكانك


"M͟a͟h͟a͟ S͟u͟c͟i͟ E͟n͟g͟k͟a͟u͟ Y͟a͟ A͟l͟l͟a͟h͟, b͟e͟t͟a͟p͟a͟ M͟a͟h͟a͟ M͟u͟l͟i͟a͟ u͟r͟u͟s͟a͟n͟-M͟u͟ d͟a͟n͟ M͟a͟h͟a͟ T͟i͟n͟g͟g͟i͟ k͟e͟d͟u͟d͟u͟k͟a͟n͟-M͟u͟."


*J͟a͟n͟g͟a͟n͟ t͟a͟n͟y͟a͟k͟a͟n͟ n͟i͟k͟m͟a͟t͟ m͟a͟n͟a͟ l͟a͟g͟i͟ y͟a͟n͟g͟ b͟e͟l͟u͟m͟ k͟i͟t͟a͟ d͟a͟p͟a͟t͟k͟a͟n͟, 

t͟a͟p͟i͟ t͟a͟n͟y͟a͟l͟a͟h͟, n͟i͟k͟m͟a͟t͟ m͟a͟n͟a͟ l͟a͟g͟i͟ y͟a͟n͟g͟ b͟e͟l͟u͟m͟ k͟i͟t͟a͟ s͟y͟u͟k͟u͟r͟i͟ d͟a͟n͟  Finansial yang b͟e͟l͟u͟m͟ k͟i͟t͟a͟ s͟e͟d͟e͟k͟a͟h͟k͟a͟n͟*.


K͟i͟t͟a͟ s͟e͟r͟i͟n͟g͟ l͟u͟p͟a͟ b͟a͟h͟w͟a͟ n͟i͟k͟m͟a͟t͟ d͟a͟n͟ a͟n͟u͟g͟e͟r͟a͟h͟ A͟l͟l͟a͟h͟ i͟t͟u͟ h͟a͟n͟y͟a͟l͟a͟h͟ t͟i͟t͟i͟p͟a͟n͟ y͟a͟n͟g͟ b͟i͟s͟a͟ d͟i͟a͟m͟b͟i͟l͟ o͟l͟e͟h͟-N͟y͟a͟ k͟a͟p͟a͟n͟ s͟a͟j͟a͟ D͟i͟a͟ m͟a͟u͟ m͟e͟n͟g͟a͟m͟b͟i͟l͟n͟y͟a͟...

Kisah Sopir Taksi::*

 *::


Pengemudi taksi dihentikan oleh calon penumpang yang berpakaian kurang layak. Dari penampilannya dapat diduga orang itu orang tidak punya. Wajahnya terlihat kuyu dan letih.


"Bapak mau ke mana?" tanya pengemudi taksi itu dengan santun, begitu ia memberhentikan mobil taksinya dan berada di samping orang yang memberhentikannya.


"Saya mau pulang ke kampung di daerahTangerang, tetapi saya tidak punya uang untuk membayarnya".


"Oh, tidak apa-apa. Silahkan Bapak naik", sambut pengemudi taksi dengan simpati.


Pengemudi taksi itu pun mengantarkan orang miskin itu ke alamat yang dituju. 


Sesampainya di ujung gang menuju rumah, anak-anak kecil berhamburan menuju mobil taksi.

"Ayah dataaaaang.... ayah dataaaaaang", teriak anak-anak itu kegirangan.


"Mana makanannya, ayah? Kami sudah tidak tahan menahan lapar" rengek anak-anak kecil itu.


"Maaf nak, ayah tidak membawa apa-apa....", ujar orang miskin itu tanpa menyebutkan alasannya. 


Ia tidak ingin pengemudi taksi itu berlama-lama berada di mulut gang itu. 

Bukan karena merasa malu kalau dirinya tidak mempunyai uang dan gagal membawa makanan untuk anak-anaknya, tetapi ia tahu bahwa waktu bagi pengemudi  taksi adalah uang. 

Ia sudah sangat berbaik hati mengantar dirinya di tempat itu, tanpa bayaran pula.


Setelah orang miskin itu turun dan masuk rumah, pengemudi taksi itu meninggalkan lokasi. 


Ketika dalam perjalanan mengantar orang miskin itu ia melihat ada beberapa warung nasi. 

Ia pun menuju salah satu warung nasi terdekat. 

Ia beli enam bungkus nasi lengkap dengan lauk pauk dan beberapa botol air mineral. 


Ia bergegas kembali ke rumah orang miskin tadi.


Pengemudi sopir itu sampai mengucapkan syukur alhamdulillah beberapa kali dalam hati ketika melihat anak-anak dan ayahnya melahap nasi bungkus bawaannya habis dalam hitungan menit.


"Ya Allah, mereka benar-benar sangat kelaparan..." gumam pengemudi taksi dalam hati.


Setelah itu, pengemudi taksi kembali ke kota untuk mencari penumpang. 


Tidak seberapa lama masuk kota, ada dua orang turis asing menghentikan taksinya.

Mereka minta diantar ke bandara Soekarno-Hatta. 


Sesampainya di tujuan, pengemudi itu segera membukakan pintu penumpang dan menurunkan koper serta tas dari bagasi.


Kedua turis asing ini memberinya 100 dolar (sekitar Rp 1,5 juta)


"I have no change, Sir. Can you give me just one hundred thousand rupiahs..?" kata pengemudi itu.

( "Saya tidak punya kembalian, tuan. Bisakah Anda memberi saya 100.000 rupiah saja?" )


"Oh, no problem. Take the change for you", kata turis itu sambil menepuk pundak pengemudi taksi.

( "Gak masalah. Kembaliannya ambil saja buat kamu.")


"Thank you very much, Sir".


Eehh... Saat masih berada di bandara, ada dua turis lain mendatanginya dan meminta untuk mengantarkan mereka ke sebuah hotel di pusat kota. 


Seperti yang dilakukan selama ini kepada semua penumpang, tanpa membedakan mereka itu orang pribumi atau turis asing, pengemudi taksi yang satu ini memperlakukan semua pelanggannya sama. 


Maka ketika sampai di hotel yang dituju, ia pun dengan sigap membukakan pintu penumpang, lebih cepat dari petugas hotel yang biasa menyambut para tamunya, dan menurunkan barang bawaan kedua turis itu. 


Lagi-lagi, turis asing ini memberinya 100 dolar, dan ketika dikatakan ongkosnya hanya 100.000 rupiah, turis itu malah berkata, 

"take the change for you."


Apa yang kemudian dilakukan pengemudi taksi yang beruntung ini?


Ia langsung pergi ke pusat penukaran uang asing. 

Ia tukarkan 200 dolar ke mata uang rupiah. 

Kemudian ia pergi berbelanja sembako, makanan ringan, buah-buahan, aneka kue dan permen. 

Dari pasar tradisional ia beli beberapa kilo telur ayam. 

Ia juga mampir ke Warung Padang, membeli enam bungkus nasi dengan lauk pauk yang paling enak. 


Setelah itu ia bergegas pergi menuju ujung jalan di kampung Tangerang tadi. 

Ia menemui orang miskin dengan kelima anaknya.


"Allah memberi saya rezeki hari ini adalah karena Bapak, karena saya telah menolong Bapak,

maka jika saya memberi bantuan yang tidak seberapa ini, mohon Bapak doakan agar perbuatan ini semata-mata untuk mengharap ridha Allah.


Saya kembali ke rumah Bapak ini karena saya ingin membiasakan jiwa saya dan mendidiknya untuk bergantung hanya kepada Allah Ta'ala, karena Dialah Yang Maha Pemberi rezeki.

Saya ingin membiasakan dan mendidik jiwa saya untuk gemar bersedekah semata-mata mengharap ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala..."


Si bapak miskin itu hanya bisa terpana tak bisa berkata apa-apa. 

Terlihat butiran-butiran bening menetes dari kedua pelupuk matanya...


Allah ﷻ berfirman: 


ﻣَﻦْ ﺫَﺍ ﺍﻟَّﺬِﻯ ﻳُﻘْﺮِﺽُ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻗَﺮْﺿًﺎ ﺣَﺴَﻨًﺎ ﻓَﻴُﻀَﺎﻋِﻔَﻪُ ﻟَﻪُ ﺃَﺿْﻌَﺎﻓًﺎ ﻛَﺜِﻴﺮَﺓً ۚ ﻭَﺍﻟﻠَّﻪُ ﻳَﻘْﺒِﺾُ ﻭَﻳَﺒْﺴُﻂُ ﻭَﺇِﻟَﻴْﻪِ ﺗُﺮْﺟَﻌُﻮﻥَ ﮦ 

"Siapa yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menginfakkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipat gandakan ganjaran (berupa) pembayaran kepadanya dengan jumlah yang berlipat-lipat ganda.

Dan Allah-lah yang menyempitkan dan melapangkan (rezki).

Dan kepada-Nya-lah kamu akan dikembalikan."

(QS. Al-Baqarah, 2:245)


Hikmah: 

Sopir Taksi yang selalu berusaha memuliakan dan membahagiakan orang lain tanpa Pamrih. 

Sikap dan perbuatan mampu mengundang / mendatangkan rezeki. 


Rezeki kita berada di mana?

Rezeki kita Allah titipkan di kebahagiaan dan Kemuliaan orang lain. 


Selamat menggapai ridha Ilaahi, saudara ku tercinta...

❤❤❤💕💕💕💕💕💕💕❤❤❤


Copas

Jumat, 23 Juli 2021

Burung padang pasir

 السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ....


Ada seekor Burung yang hidup di Padang pasir, sedang sangat sakit, tidak ada bulu, tidak ada makan dan minum, tidak ada tempat tinggal. 


Suatu hari seekor Burung Merpati lewat, jadi Burung yang tidak bahagia itu menghentikan Burung Merpati dan bertanya, "Mau pergi kemana?".. Merpati itu menjawab, "Aku akan pergi ke Surga".


Maka Burung yang sakit itu berkata, "Tolong cari tahu, kapan penderitaanku akan berakhir?". Burung Merpati itu berkata, "Tentu, aku akan melakukannya." Dengan mengucapkan selamat tinggal kepada Burung yang sakit, Burung Merpati melanjutkan perjalanannya mencapai Surga dan membagikan pesan Burung yang sakit itu kepada Malaikat di Pintu Surga.


Malaikat itu berkata, "Selama tujuh tahun ke depan hidup Burung tersebut harus menderita seperti itu, tidak ada kebahagiaan sampai saat itu."


Burung Merpati berkata, "Ketika Burung yang sakit mendengar ini, dia pasti berkecil hati. Bisakah Anda menyarankan solusi apa pun untuk ini."


Sang Malaikat menjawab, “Katakan padanya untuk selalu mendoakan ini, *_Alhamdulillah Ala Kulli Haal_*"


Burung Merpati itu bertemu dengan Burung yang sakit lagi & menyampaikan pesan Malaikat itu kepadanya.


Setelah tujuh hari, Merpati itu lewat lagi, dia melihat Burung yang sakit itu sangat senang, bulunya tumbuh di tubuhnya, tanaman kecil tumbuh di daerah gurun, kolam kecil air juga ada di sana, Burung itu bernyanyi dan menari riang. Merpati itu tercengang. Malaikat telah mengatakan bahwa tidak akan ada kebahagiaan bagi Burung itu selama tujuh tahun ke depan. 

Melihat keadaan ini, Burung Merpati pergi mengunjungi Malaikat di Gerbang Surga.


Burung Merpati itu mengajukan pertanyaannya kepada Malaikat. 

Sang Malaikat menjawab, "Ya memang benar tidak ada kebahagiaan untuk Burung itu selama tujuh tahun, tetapi karena Burung itu selalu mengucapkan, _*"ALHAMDULILLAH ALA KULLI HAAL"*_ dalam setiap situasi maka hidupnya berubah.


Ketika Burung itu jatuh di atas pasir panas dia berkata, _*"ALHAMDULILLAH ALA KULLI HAAL"*_


Ketika tidak bisa terbang dia berkata, _*"ALHAMDULILLAH ALA KULLI HAAL."*_


Ketika haus dan tidak ada air di sekitar, dia berkata, _*"ALHAMDULILLAH ALA KULLI HAAL"*_


Apapun situasinya, Burung itu terus mengulang, _*"ALHAMDULILLAH ALA KULLI HAAL"*_ dan karena itu tujuh tahun dihapuskan dalam tujuh hari.


Ketika saya mendengar cerita ini, saya merasakan perubahan besar dalam cara saya Merasakan, Berpikir, Menerima & Melihat Kehidupan.


Saya mengadopsi kalimat ini dalam hidup saya... APA PUN situasi yang saya hadapi, saya mulai mengucapkan ini _*"ALHAMDULILLAH ALA KULLI HAAL"*_


Ini membantu saya mengubah pandangan saya dari apa yang saya tidak punyai, apa yang saya miliki dalam hidup saya.


Contohnya: jika sakit kepala, saya ucapkan _*"ALHAMDULILLAH ALA KULLI HAAL"*_.... *TERIMA KASIH* atas tubuh saya yang lain, yang baik² saja, yang sehat, dan saya perhatikan bahwa sakit kepala itu tidak mengganggu saya sama sekali.


Dengan cara yang sama saya mulai gunakan kalimat ini dalam hubungan saya (baik Keluarga, Teman, Tetangga, Kolega) Keuangan, Kehidupan Sosial, Bisnis dan semua hal yang dapat saya ceritakan. 

Saya berbagi cerita ini dengan semua orang yang saya hubungi, dan itu membawa perubahan besar dalam perilaku mereka juga.


Kalimat sederhana ini benar² memiliki dampak yang mendalam pada hidup saya, saya mulai merasakan betapa beruntungnya saya, betapa bahagianya saya, betapa hidup adalah baik.

 

Mari kita ulangi kalimat ini secara terus menerus untuk mengalami pergeseran dalam hidup kita.


Jadi bersyukurlah dalam segala hal dan lihatlah perubahan mulai terjadi dalam diri  Kita.

Ada KUASA dalam BERSYUKUR.


INGAT ‼️

*_ALHAMDULILLAH ALA KULLI HAAL_*


*Terimakasih ya Allah atas segalanya...*



Bila tulisan ini dirasa bermanfaat, bantu share ya. Semoga Jadi Amal Kebaikan Bagi yg Menulis dan Yg Menyebarkannya

Minggu, 11 Juli 2021

KENAPA ORANG BERTERIAK KETIKA SEDANG MARAH

 


Seorang Syeikh berjalan dengan para muridnya, mereka  melihat ada sebuah keluarga yang sedang bertengkar, dan saling berteriak. 


Syeikh tersebut berpaling kepada muridnya dan bertanya : "Mengapa orang saling berteriak jika mereka sedang marah?".


Salah satu murid menjawab : "Karena kehilangan sabar, makanya mereka berteriak."


"Tetapi, mengapa harus berteriak kepada orang yang tepat berada di sebelahnya...? bukankah pesan yang ia sampaikan, bisa ia ucapkan dengan cara halus ?". 

Tanya sang Syeikh sambil menguji murid-muridnya.


Muridnya pun saling beradu jawaban, namun tidak satupun jawaban yang mereka sepakati.


Akhirnya sang Syeikh  berkata :

"Bila dua orang sedang marah, maka hati mereka saling menjauh, untuk dapat menempuh jarak yang jauh itu, mereka harus berteriak agar perkataannya dapat terdengar".


"Semakin marah, maka akan semakin keras teriakannya, karena jarak kedua hati semakin jauh".  


"Begitu juga sebaliknya, disaat kedua insan saling jatuh cinta?" lanjut sang Syeikh.


"Mereka tidak saling berteriak antara yang satu dengan yang  lain, mereka berbicara lembut karena hati mereka berdekatan, jarak antara kedua hati sangat dekat."


"Bila mereka semakin saling mencintai, apa yang terjadi?", mereka tidak lagi bicara, mereka hanya berbisik dan mereka saling mendekat dalam kasih-sayang". 


Pada akhirnya, mereka bahkan tidak perlu lagi berbisik, mereka cukup hanya dengan saling memandang, sedekat itulah dua insan yang saling mengasihi."


Sang Syeikh memandangi muridnya dan mengingatkan dengan lembut : 

"Jika terjadi pertengkaran diantara kalian, jangan biarkan hati kalian menjauh". 


"Jangan ucapkan perkataan yang membuat hati kian menjauh, karena jika kita biarkan, suatu hari jaraknya tidak akan bisa lagi ditempuh".


Semoga Bermanfaat

Kisah Inspiratif : Lelaki Tua dan Selimut*📚

 ╔⚍⚎⚍⚎🦋🌷🦋⚍⚎⚍⚎╕

       📚 H̸i̸j̸r̸a̸h̸ U̸n̸t̸i̸l̸ J̸a̸n̸n̸a̸h̸ 📿

╚⚎⚍⚎⚍🦋🌷🦋⚎⚍⚎⚍╛


 📚 *اَلسَّلَامُ عَلَيكُمْ وَرَحْمَةُ اَللهِ وَبَرَكَاتُه*  📚


☕ *NgOpI PAgI SoDaRa*☕


🌴 *


*Seorang lelaki tua dengan baju lusuhnya masuk ke sebuah toko megah. Dari bajunya, kelihatan kalau lelaki tua tersebut dari golongan fakir. Para pengunjung di toko tersebut (yg rata-rata borjuis) melihat aneh kepada lelaki tua itu. Tetapi tidak dengan pemilik toko.*


_Pemilik toko: ''Mau cari apa pak?'', tanyanya ramah._


*Lelaki Tua: ''Anu.. Saya mau beli selimut 6 helai untuk saya dan anak istri saya. Tapi.. '', jawabnya ragu.*


_Pemilik toko: ''Tapi kenapa pak?''_


*Lelaki tua: ''Saya hanya punya uang 100 riyal. Apa cukup untuk membeli 6 helai selimut? Tak perlu bagus, yang penting bisa untuk melindungi tubuh dari hawa dingin'', ucapnya polos.*


_Pemilik toko: ''Oh cukup pak! Saya punya selimut bagus dari Turki. Harganya cuma 20 riyal saja. Kalau bapak membeli 5, saya kasih bonus 1 helai'', jawabnya sigap._


*Lega, wajah lelaki tua itu bersinar cerah. Ia menyodorkan uang 100 riyal, lalu membawa selimut yang dibelinya pulang.*


_Seorang teman pemilik toko yang sedari tadi melihat dan mendengar percakapan tersebut kemudian bertanya pada pemilik toko:_


*''Tidak salah? Kau bilang selimut itu yang paling bagus dan mahal yang ada di tokomu ini. Kemarin kau jual kepadaku 450 riyal. Sekarang kau jual kepada lelaki tua itu 20 riyal?", protesnya heran.*


_Pemilik toko: ''Benar. Memang harga selimut itu 450 riyal, dan aku menjualnya padamu tidak kurang dan tidak lebih. Tetapi kemarin aku berdagang dengan manusia. Sekarang aku berdagang dengan Allah"._


*"Demi Allah! Sesungguhnya aku tidak menginginkan uangnya sedikitpun. Tapi aku ingin menjaga harga diri lelaki tua tersebut agar dia seolah tidak sedang menerima sedekah dariku hingga bisa membuatnya malu".*


_"Demi Allah! Aku hanya ingin lelaki tua itu dan keluarganya terhindar dari cuaca musim dingin yang sebentar lagi datang. Dan aku pun berharap Allah menghindarkanku dan keluargaku dari panasnya api neraka..'',_


*📌Sungguh, diperlukan seni dan trik dalam beramal dan bersedekah agar membuat orang lain tidak merasa malu atau rendah.*


*Muga bermanfaat* ☕


📚 *اَللَّهُمَّ صَلِ عَلَى سَيَّدِ نَا مَحَمَّدْ وَعَلى آلَ سَيَّدِ نَا مَحَمَّدْ ﷺ*  📖


╔⚍⚎⚍⚎🦋🌷🦋⚍⚎⚍⚎╕

         ☕T̸u̸l̸i̸s̸a̸n̸ S̸e̸s̸e̸o̸r̸a̸n̸g̸ ࿐

╚⚎⚍⚎⚍🦋🌷🦋⚎⚍⚎⚍╛

Jumat, 09 Juli 2021

Amarah Sang Istri Reda Karena Istighfar

 🇮🇩☝🏻📚══••🍃💞

*_Kisah Cerita &_*

  *_Motivasi Kehidupan~~~🖋️_*              

*╚•••═#※*#══••




Seseorang menceritakan kisahnya,


“Di suatu hari saya pulang ke rumah dalam keadaan letih dan penuh beban. Aku membuka pintu ketika tiba-tiba istri menunggu penuh tanda marah dan emosi. Dia langsung menjejaliku dengan berbagai pertanyaan. Saya tidak bisa menguasai diri, lalu menghadapinya dengan emosi dan amarah yang sama.


Malam sudah larut, sementara debat dan marah terus berlanjut sampai menjelang Shubuh. Akhirnya, istriku mengambil inisiatif meninggalkan rumah dan pergi ke rumah orang tuanya. Saya berusaha mengurungkan tekadnya tapi tidak berhasil, dia masuk kamar kami mempersiapkan tasnya untuk bergegas pergi. Saya meninggalkannya dan keluar dari rumah tanpa tahu kemana harus pergi, saya sangat emosional dan marah.


Di samping rumahku terdapat sebuah masjid dan adzan sebentar lagi dikumandangkan. Saya masuk masjid, berwudhu, dan shalat dua rakaat. Tak lama kemudian adzan Shubuh dikumandangkan, saya pun shalat Shubuh berjamaah. Saya diam di masjid, beristighfar kepada Allah ‘Azza wa Jalla, dan keadaan itu terus berlangsung kurang lebih satu jam. Lalu saya bangkit pulang ke rumah dan membuka pintu ketika tiba-tiba istriku duduk menungguku dengan senyum.


Saya mengucapkan salam dan bertanya, ‘Kamu masih berkeras hati ingin pergi?’ Dia berkata, ‘Tidak, saya menyesal atas apa yang telah saya perbuat.’ Saya bergumam, ‘Ini aneh, apa yang telah terjadi?’ Kemudian saya bertanya tentang rahasia di balik perubahan ini. Dia menjelaskan, ‘Demi Allah, saya tidak tahu… akan tetapi semenjak satu jam yang lalu jiwa saya menjadi tenang, dan saya sadar kalau saya salah lalu Allah menunjukiku.’ Saya teringat waktu itu adalah bertepatan dengan waktu saya duduk beristighfar kepada Allah. Lalu saya ingat sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wassalam,


“Barangsiapa memperbanyak istighfar niscaya Allah membuatkannya dari setiap kesusahan ada jalan keluar dan dari setiap kesempitan ada penyelesaian serta diberikan rizki dari arah yang tidak disangka-sangka.’


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam benar,


“Dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (An-Najm: 3-4)


Sumber: Keajaiban Sedekah & Istighfar karya Hasan bin Ahmad bin Hasan Hammam (penerjemah Muhammad Iqbal, Lc & Jamaluddin), penerbit Darul Haq cet. V, Rajab 1429 H/Agustus 2008 M, hal. 135-137.



🌸📚~~~🖋️

Minggu, 04 Juli 2021

PADA SUATU HARI, SEORANG ANAK BERKATA PADA IBUNYA :*

 Al musyarofah 24 juli 2021

PERKONGSIAN TAZKIRAH:

ⸯ⛱⸾⑇⃨᪽᪴﷽ ❉্᭄͜͡●💚﷽ ❉্᭄͜͡●ⸯ⛱⸾⑇⃨᪽᪴ 

        🔰𝕸𝖆𝖏𝖊𝖑𝖎𝖘 𝕻𝖊𝖈𝖎𝖓𝖙𝖆 𝕽𝖆𝖘𝖚𝖑🔰


*السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ*


☕Ngopi Panas☕


🌱 *ربي اغفرلي ولوالدي وارحمهما كماربياني صغيرا*🌴

*

―――――――――――――

*Ibu, aku malu sama teman-*

*temanku, mereka memiliki ibu*

*yang sempurna secara fisik dan*

*mereka bangga terhadap ibu*

*mereka,*

―――――――――――――

*tapi aku bu, mengapa aku*

*memiliki ibu yang buta. Andai saja*

*aku tau, aku dilahirkan oleh*

*seorang ibu yang buta, maka aku*

*lebih memilih untuk tidak*

*dilahirkan”*

―――――――――――――

*Mendengar kata-kata yang keluar*

*dari mulut anaknya,*

―――――――――――――

*sang ibu berkata : “Nak, ibu*

*memang buta, tetapi walaupun*

*kamu malu dengan keadaan fisik*

*yang ibu miliki, ibu tetap sayang*

*padamu nak.."*

―――――――――――――

*Anak menjawab : “ Bu, semua*

*teman-temanku selalu*

*menghinaku, bahkan tidak ada*

*satu perempuan pun yang suka*

*padaku karena melihat fisik ibu*

*yang tidak sempurna.*

―――――――――――――

*Mereka takut jika kelak menikah*

*denganku anak kami juga akan*

*cacat, buta seperti ibu ”.*

―――――――――――――

*Mendengar perkataan anaknya,*

*Sang ibu begitu terpukul dan*

*menangis,*

―――――――――――――

*namun demikian Sang Ibu tetap*

*sayang pada anaknya. tak henti-*

*hentinya ibu itu berdo’a untuk*

*anaknya.*

―――――――――――――

*Detik berganti menit, menit*

*berganti jam, jam berganti hari,*

―――――――――――――

*akhirnya Si Anak menyelesaikan*

*pendidikan S1 di Fakultas Teknik.*

―――――――――――――

*Betapa bangganya hati Sang ibu*

*mendengar anaknya akan*

*diwisuda dan menjadi* *seorang*

*Insinyur, tak sia-sia*

*pengorbanannya selama ini*

*dengan berjualan di pasar untuk*

*menyekolahkan Si Anak,*

――――――――――――― *tak*

*kenal lelah Sang ibu bekerja*

*walaupun dalam keadaan*

*matanya yang buta. Sampailah*

*saat yang ditunggu- tunggu ,*

―――――――――――――

*saat Anaknya dan yang lainnya*

*akan diwisuda. Teman-teman*

*berserta orang tuanya dan*

*keluarga berkumpul menantikan*

*acara dimulai,*

―――――――――――――

*tetapi Sang ibu sama sekali tidak*

*diajak Anaknya untuk menghadiri*

*wisuda tersebut.*

―――――――――――――

*Akhirnya Sang ibu datang sendiri*

*keacara tersebut,*

―――――――――――――

*sesampainya ditempat Anaknya*

*akan diwisuda, betapa bahagianya*

*hati sang ibu mendengar nama*

*anaknya dipanggil kedepan*

*dengan nilai terbaik.*

―――――――――――――

*Namun si Anak sangat malu*

*terhadap teman-teman dan*

*kekasihnya ketika mengetahui*

*ibunya juga hadir di* *acara wisuda*

*itu,* ――――――― *acara yang*

*seharusnya menurut si Anak*

*membuatnya bahagia.* *Pada saat*

*itu,* ―――――――――――――

*sang ibu mendekati Si anak*

*sambil meraba-raba wajah*

*anaknya, lalu kekasih Si anak*

*bertanya pada: dia “ Siapa*

*perempuan buta itu ?"*

――――――――――――― *si*

*Anak tidak menjawab dan hanya*

*diam membisu.*

―――――――――――――

*Akhirnya sang ibu berkata bahwa*

*dia adalah ibunya. mendengar*

*ibunya berkata demikian,*

――――――――――――― *Si*

*Anak akhirnya pulang sebelum*

*acara selesai dan meninggalkan*

*ibunya sendirian.*

―――――――――――――

*Setelah acara selesai akhirnya*

*sang ibu juga pulang kerumah*

*tanpa anaknya.*

―――――――――――――

*Namun siapa yang tau kapan ajal*

*akan tiba,*

―――――――――――――

*ketika hendak menyebrang jalan*

*sang ibu meninggal dunia.*

―――――――――――――

*Betapa terkejutnya sh Anak ketika*

*pihak rumah sakit mengabarkan*

*bahwa beberapa menit yang lalu*

*ibunya telah meninggal akibat*

*kecelakaan.*

―――――――――――――

*Dan petugas kepolisian*

*memberikan tas yang dibawa*

*ibunya pada saat menghadiri*

*wisuda,*

――――――――――――― *si*

*Anak hanya diam duduk*

*menunggu ibunya yang masih*

*dibersihkan dari sisa-sisa darah*

*yang masih menempel di*

*tubuhnya.*

―――――――――――――

*Pada saat menunggu jenazah*

*ibunya, si Anak membuka tas*

*kesayangan ibunya yang lusuh*

*dan kumal itu.*

―――――――――――――

*Disana terdapat foto Sang ibu*


*ketika mengandungnya, dan*

*betapa terkejutnya Si Anak ketika*

*membaca sepucuk surat yang*

*begitu lusuh yang terdapat*

*didalam tas ibunya.*

――――――――――――― *Si*

*Anak membaca surat tersebut,*

*dan didalam surat itu tertulis : “*

―――――――――――――

*Banjarmasin, 12 Oktober 1984,*

*Anakku yang sangat kucintai, bayi*

*mungilku yang sangat kusayangi,*

*betapa kau sangat berharga*

*dihati ibu nak.*

―――――――――――――

*Walaupun kau buta dari lahir*

*tetapi ibu sangat menyayangimu,*

―――――――――――――

*kaulah anugrah terindah yang ibu*

*miliki. Nak,*

――――――――――――― *ini*

*adalah surat terakhir yang ibu*

*tulis, karena besok ibu sudah*

*tidak bisa lagi menuliskan kata-*

*kata diatas kertas*

―――――――――――――

*Karena besok ibu akan*

*mendonorkan kedua* *mata ibu*

*untukmu nak,*

―――――――――――――

*agar kelak kau dapat melihat dan*

*menikmati indahnya dunia,*

*anugrah yang diberikan ALLAH.*

―――――― *Nak suatu saat jika*

*ibu sudah tiada dan kau ingin*

*melihat ibu, berkacalah nak,*

*≈karena dimatamu ada ibu yang*

*selalu menemanimu ”.*

―――――――――――――

*Airmata Si Anak pun mengalir*

*deras, ia menyesal karena sudah*

*terlambat bagi dirinya untuk*

*membahagiakan ibunya.* 

*Si Anak*

*teringat dengan semua perbuatan*

*yang ia lakukan terhadap ibunya,*

――――――――――――

*dia hanya duduk terdiam tersimpuh*

*di depan kaki ibunya yang telah*

*terbujur kaku.*

――――――――――――

*Semua telah terjadi dan kini*

*ibunya telah pergi untuk selama-*

*lamanya.*

―――――――――――

*dalam hal ini mengajarkan*

*betapa besar kasih sayang*

*seorang ibu terhadap anaknya,*

*tanpa mengharapkan balasan.*


*#TOLONG KLIK BAGIKAN STATUS INI AGAR SEMUA ANAK TIDAK DURHAKA TERHADAP IBUNYA#*


*SAYANGILAH IBUMU DENGAN TULUS IKHLAS, JIKA KAU TELAH BERKELUARGA, AJAKLAH ANAK ISTRIMU, UNTUK SELALU BERTEMU IBU, YANG TAK HENTI HENTI MERINDUKAN WAJAHMU.*


*DEKAPAN DAN TATAPAN MATA IBU ITULAH DO'A, DAN DARI SITULAH RIZKIMU AKAN DILIMPAHKAN*


Aamiin Ya Rabbal' Alamiin 🤲


*اَلّٰلهُمَّ صَلِّ عَلَی سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَی آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ ﷺ*

ⸯ⛱⸾⑇⃨᪽᪴𝕮𝖆𝖍𝖆𝖞𝖆 𝕱𝖎𝖗𝖉𝖆𝖚𝖘ⸯ⛱⸾⑇⃨᪴🎇

❀🌿~~••~~••~~••~~••~~••~~🌿❀

SIPUT - KATAK - ELANG*

 回回🔰回回回﷽ ۪۫回回回🔰回回

             𝕸𝖆𝖏𝖊𝖑𝖎𝖘 𝕻𝖊𝖈𝖎𝖓𝖙𝖆 𝕽𝖆𝖘𝖚𝖑


*السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ*


*📗﷽🌸🕊️*



 *


Ada seekor siput selalu memandang sinis terhadap katak. Suatu hari, katak yang kehilangan kesabaran akhirnya berkata kepada siput:


Katak bertanya:

Tuan Siput, apakah saya telah melakukan kesalahan, sehingga Anda begitu membenci saya?


Siput menjawab: 

Kalian kaum katak mempunyai empat kaki & bisa melompat ke sana ke mari, tapi saya mesti membawa cangkang yg berat ini, merangkak di tanah, jadi saya merasa sangat sedih.


Katak menjawab:

Setiap kehidupan memiliki penderitaannya masing², hanya saja kamu cuma melihat kegembiraan saya, tetapi kamu tidak melihat penderitaan kami para katak


Dan seketika, ada seekor Elang besar yg terbang ke arah mereka, siput dengan cepat memasukan badannya ke dalam cangkang, sedangkan katak dimangsa oleh elang.


Siput baru sadar, ternyata cangkang yg di milikinya bukan merupakan suatu beban... tetapi adalah "kelebihannya


Renungan:

1. Nikmatilah kehidupanmu, 


2. Tidak perlu dibandingkan dgn orang lain. 


3. Keirian hati kita terhadap orang lain akan membawa lebih banyak penderitaan.


Rejeki tidak selalu berupa emas, permata atau uang yg banyak bukan pula saat kita di rumah mewah & pergi bermobil.


Karena: 

1. Bukan ke-BAHAGIA-an yg menjadikan kita ber-SYUKUR tetapi,


2. Ber-SYUKUR-lah yg menjadikan kita bahagia


 semoga bermanfaat...

Jazakillahu khayran




~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~


*اَلّٰلهُمَّ صَلِّ عَلَی سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَی آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ ﷺ*


❀❀❑ꦽꦷ꧈👳‍♀️𝕿𝖗𝖎𝖘𝖓𝖆𝖓𝖉𝖆𝖗❑ꦽꦷ꧈✍🏻❀❀

❀---------------- » «📿» « ----------------❀

KRONOLOGI PEMBUNUHAN HABIL

  Part 1 Awal munculnya kedengkian Setelah pasangan Nabi Adam ‘alaihissalam dan Hawa turun ke bumi, Allah Subhanahu wa Ta’ala mengaruniak...