*::
Pengemudi taksi dihentikan oleh calon penumpang yang berpakaian kurang layak. Dari penampilannya dapat diduga orang itu orang tidak punya. Wajahnya terlihat kuyu dan letih.
"Bapak mau ke mana?" tanya pengemudi taksi itu dengan santun, begitu ia memberhentikan mobil taksinya dan berada di samping orang yang memberhentikannya.
"Saya mau pulang ke kampung di daerahTangerang, tetapi saya tidak punya uang untuk membayarnya".
"Oh, tidak apa-apa. Silahkan Bapak naik", sambut pengemudi taksi dengan simpati.
Pengemudi taksi itu pun mengantarkan orang miskin itu ke alamat yang dituju.
Sesampainya di ujung gang menuju rumah, anak-anak kecil berhamburan menuju mobil taksi.
"Ayah dataaaaang.... ayah dataaaaaang", teriak anak-anak itu kegirangan.
"Mana makanannya, ayah? Kami sudah tidak tahan menahan lapar" rengek anak-anak kecil itu.
"Maaf nak, ayah tidak membawa apa-apa....", ujar orang miskin itu tanpa menyebutkan alasannya.
Ia tidak ingin pengemudi taksi itu berlama-lama berada di mulut gang itu.
Bukan karena merasa malu kalau dirinya tidak mempunyai uang dan gagal membawa makanan untuk anak-anaknya, tetapi ia tahu bahwa waktu bagi pengemudi taksi adalah uang.
Ia sudah sangat berbaik hati mengantar dirinya di tempat itu, tanpa bayaran pula.
Setelah orang miskin itu turun dan masuk rumah, pengemudi taksi itu meninggalkan lokasi.
Ketika dalam perjalanan mengantar orang miskin itu ia melihat ada beberapa warung nasi.
Ia pun menuju salah satu warung nasi terdekat.
Ia beli enam bungkus nasi lengkap dengan lauk pauk dan beberapa botol air mineral.
Ia bergegas kembali ke rumah orang miskin tadi.
Pengemudi sopir itu sampai mengucapkan syukur alhamdulillah beberapa kali dalam hati ketika melihat anak-anak dan ayahnya melahap nasi bungkus bawaannya habis dalam hitungan menit.
"Ya Allah, mereka benar-benar sangat kelaparan..." gumam pengemudi taksi dalam hati.
Setelah itu, pengemudi taksi kembali ke kota untuk mencari penumpang.
Tidak seberapa lama masuk kota, ada dua orang turis asing menghentikan taksinya.
Mereka minta diantar ke bandara Soekarno-Hatta.
Sesampainya di tujuan, pengemudi itu segera membukakan pintu penumpang dan menurunkan koper serta tas dari bagasi.
Kedua turis asing ini memberinya 100 dolar (sekitar Rp 1,5 juta)
"I have no change, Sir. Can you give me just one hundred thousand rupiahs..?" kata pengemudi itu.
( "Saya tidak punya kembalian, tuan. Bisakah Anda memberi saya 100.000 rupiah saja?" )
"Oh, no problem. Take the change for you", kata turis itu sambil menepuk pundak pengemudi taksi.
( "Gak masalah. Kembaliannya ambil saja buat kamu.")
"Thank you very much, Sir".
Eehh... Saat masih berada di bandara, ada dua turis lain mendatanginya dan meminta untuk mengantarkan mereka ke sebuah hotel di pusat kota.
Seperti yang dilakukan selama ini kepada semua penumpang, tanpa membedakan mereka itu orang pribumi atau turis asing, pengemudi taksi yang satu ini memperlakukan semua pelanggannya sama.
Maka ketika sampai di hotel yang dituju, ia pun dengan sigap membukakan pintu penumpang, lebih cepat dari petugas hotel yang biasa menyambut para tamunya, dan menurunkan barang bawaan kedua turis itu.
Lagi-lagi, turis asing ini memberinya 100 dolar, dan ketika dikatakan ongkosnya hanya 100.000 rupiah, turis itu malah berkata,
"take the change for you."
Apa yang kemudian dilakukan pengemudi taksi yang beruntung ini?
Ia langsung pergi ke pusat penukaran uang asing.
Ia tukarkan 200 dolar ke mata uang rupiah.
Kemudian ia pergi berbelanja sembako, makanan ringan, buah-buahan, aneka kue dan permen.
Dari pasar tradisional ia beli beberapa kilo telur ayam.
Ia juga mampir ke Warung Padang, membeli enam bungkus nasi dengan lauk pauk yang paling enak.
Setelah itu ia bergegas pergi menuju ujung jalan di kampung Tangerang tadi.
Ia menemui orang miskin dengan kelima anaknya.
"Allah memberi saya rezeki hari ini adalah karena Bapak, karena saya telah menolong Bapak,
maka jika saya memberi bantuan yang tidak seberapa ini, mohon Bapak doakan agar perbuatan ini semata-mata untuk mengharap ridha Allah.
Saya kembali ke rumah Bapak ini karena saya ingin membiasakan jiwa saya dan mendidiknya untuk bergantung hanya kepada Allah Ta'ala, karena Dialah Yang Maha Pemberi rezeki.
Saya ingin membiasakan dan mendidik jiwa saya untuk gemar bersedekah semata-mata mengharap ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala..."
Si bapak miskin itu hanya bisa terpana tak bisa berkata apa-apa.
Terlihat butiran-butiran bening menetes dari kedua pelupuk matanya...
Allah ﷻ berfirman:
ﻣَﻦْ ﺫَﺍ ﺍﻟَّﺬِﻯ ﻳُﻘْﺮِﺽُ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻗَﺮْﺿًﺎ ﺣَﺴَﻨًﺎ ﻓَﻴُﻀَﺎﻋِﻔَﻪُ ﻟَﻪُ ﺃَﺿْﻌَﺎﻓًﺎ ﻛَﺜِﻴﺮَﺓً ۚ ﻭَﺍﻟﻠَّﻪُ ﻳَﻘْﺒِﺾُ ﻭَﻳَﺒْﺴُﻂُ ﻭَﺇِﻟَﻴْﻪِ ﺗُﺮْﺟَﻌُﻮﻥَ ﮦ
"Siapa yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menginfakkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipat gandakan ganjaran (berupa) pembayaran kepadanya dengan jumlah yang berlipat-lipat ganda.
Dan Allah-lah yang menyempitkan dan melapangkan (rezki).
Dan kepada-Nya-lah kamu akan dikembalikan."
(QS. Al-Baqarah, 2:245)
Hikmah:
Sopir Taksi yang selalu berusaha memuliakan dan membahagiakan orang lain tanpa Pamrih.
Sikap dan perbuatan mampu mengundang / mendatangkan rezeki.
Rezeki kita berada di mana?
Rezeki kita Allah titipkan di kebahagiaan dan Kemuliaan orang lain.
Selamat menggapai ridha Ilaahi, saudara ku tercinta...
❤❤❤💕💕💕💕💕💕💕❤❤❤
Copas
Komentar
Posting Komentar