Langsung ke konten utama

Kisah Sopir Taksi::*

 *::


Pengemudi taksi dihentikan oleh calon penumpang yang berpakaian kurang layak. Dari penampilannya dapat diduga orang itu orang tidak punya. Wajahnya terlihat kuyu dan letih.


"Bapak mau ke mana?" tanya pengemudi taksi itu dengan santun, begitu ia memberhentikan mobil taksinya dan berada di samping orang yang memberhentikannya.


"Saya mau pulang ke kampung di daerahTangerang, tetapi saya tidak punya uang untuk membayarnya".


"Oh, tidak apa-apa. Silahkan Bapak naik", sambut pengemudi taksi dengan simpati.


Pengemudi taksi itu pun mengantarkan orang miskin itu ke alamat yang dituju. 


Sesampainya di ujung gang menuju rumah, anak-anak kecil berhamburan menuju mobil taksi.

"Ayah dataaaaang.... ayah dataaaaaang", teriak anak-anak itu kegirangan.


"Mana makanannya, ayah? Kami sudah tidak tahan menahan lapar" rengek anak-anak kecil itu.


"Maaf nak, ayah tidak membawa apa-apa....", ujar orang miskin itu tanpa menyebutkan alasannya. 


Ia tidak ingin pengemudi taksi itu berlama-lama berada di mulut gang itu. 

Bukan karena merasa malu kalau dirinya tidak mempunyai uang dan gagal membawa makanan untuk anak-anaknya, tetapi ia tahu bahwa waktu bagi pengemudi  taksi adalah uang. 

Ia sudah sangat berbaik hati mengantar dirinya di tempat itu, tanpa bayaran pula.


Setelah orang miskin itu turun dan masuk rumah, pengemudi taksi itu meninggalkan lokasi. 


Ketika dalam perjalanan mengantar orang miskin itu ia melihat ada beberapa warung nasi. 

Ia pun menuju salah satu warung nasi terdekat. 

Ia beli enam bungkus nasi lengkap dengan lauk pauk dan beberapa botol air mineral. 


Ia bergegas kembali ke rumah orang miskin tadi.


Pengemudi sopir itu sampai mengucapkan syukur alhamdulillah beberapa kali dalam hati ketika melihat anak-anak dan ayahnya melahap nasi bungkus bawaannya habis dalam hitungan menit.


"Ya Allah, mereka benar-benar sangat kelaparan..." gumam pengemudi taksi dalam hati.


Setelah itu, pengemudi taksi kembali ke kota untuk mencari penumpang. 


Tidak seberapa lama masuk kota, ada dua orang turis asing menghentikan taksinya.

Mereka minta diantar ke bandara Soekarno-Hatta. 


Sesampainya di tujuan, pengemudi itu segera membukakan pintu penumpang dan menurunkan koper serta tas dari bagasi.


Kedua turis asing ini memberinya 100 dolar (sekitar Rp 1,5 juta)


"I have no change, Sir. Can you give me just one hundred thousand rupiahs..?" kata pengemudi itu.

( "Saya tidak punya kembalian, tuan. Bisakah Anda memberi saya 100.000 rupiah saja?" )


"Oh, no problem. Take the change for you", kata turis itu sambil menepuk pundak pengemudi taksi.

( "Gak masalah. Kembaliannya ambil saja buat kamu.")


"Thank you very much, Sir".


Eehh... Saat masih berada di bandara, ada dua turis lain mendatanginya dan meminta untuk mengantarkan mereka ke sebuah hotel di pusat kota. 


Seperti yang dilakukan selama ini kepada semua penumpang, tanpa membedakan mereka itu orang pribumi atau turis asing, pengemudi taksi yang satu ini memperlakukan semua pelanggannya sama. 


Maka ketika sampai di hotel yang dituju, ia pun dengan sigap membukakan pintu penumpang, lebih cepat dari petugas hotel yang biasa menyambut para tamunya, dan menurunkan barang bawaan kedua turis itu. 


Lagi-lagi, turis asing ini memberinya 100 dolar, dan ketika dikatakan ongkosnya hanya 100.000 rupiah, turis itu malah berkata, 

"take the change for you."


Apa yang kemudian dilakukan pengemudi taksi yang beruntung ini?


Ia langsung pergi ke pusat penukaran uang asing. 

Ia tukarkan 200 dolar ke mata uang rupiah. 

Kemudian ia pergi berbelanja sembako, makanan ringan, buah-buahan, aneka kue dan permen. 

Dari pasar tradisional ia beli beberapa kilo telur ayam. 

Ia juga mampir ke Warung Padang, membeli enam bungkus nasi dengan lauk pauk yang paling enak. 


Setelah itu ia bergegas pergi menuju ujung jalan di kampung Tangerang tadi. 

Ia menemui orang miskin dengan kelima anaknya.


"Allah memberi saya rezeki hari ini adalah karena Bapak, karena saya telah menolong Bapak,

maka jika saya memberi bantuan yang tidak seberapa ini, mohon Bapak doakan agar perbuatan ini semata-mata untuk mengharap ridha Allah.


Saya kembali ke rumah Bapak ini karena saya ingin membiasakan jiwa saya dan mendidiknya untuk bergantung hanya kepada Allah Ta'ala, karena Dialah Yang Maha Pemberi rezeki.

Saya ingin membiasakan dan mendidik jiwa saya untuk gemar bersedekah semata-mata mengharap ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala..."


Si bapak miskin itu hanya bisa terpana tak bisa berkata apa-apa. 

Terlihat butiran-butiran bening menetes dari kedua pelupuk matanya...


Allah ﷻ berfirman: 


ﻣَﻦْ ﺫَﺍ ﺍﻟَّﺬِﻯ ﻳُﻘْﺮِﺽُ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻗَﺮْﺿًﺎ ﺣَﺴَﻨًﺎ ﻓَﻴُﻀَﺎﻋِﻔَﻪُ ﻟَﻪُ ﺃَﺿْﻌَﺎﻓًﺎ ﻛَﺜِﻴﺮَﺓً ۚ ﻭَﺍﻟﻠَّﻪُ ﻳَﻘْﺒِﺾُ ﻭَﻳَﺒْﺴُﻂُ ﻭَﺇِﻟَﻴْﻪِ ﺗُﺮْﺟَﻌُﻮﻥَ ﮦ 

"Siapa yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menginfakkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipat gandakan ganjaran (berupa) pembayaran kepadanya dengan jumlah yang berlipat-lipat ganda.

Dan Allah-lah yang menyempitkan dan melapangkan (rezki).

Dan kepada-Nya-lah kamu akan dikembalikan."

(QS. Al-Baqarah, 2:245)


Hikmah: 

Sopir Taksi yang selalu berusaha memuliakan dan membahagiakan orang lain tanpa Pamrih. 

Sikap dan perbuatan mampu mengundang / mendatangkan rezeki. 


Rezeki kita berada di mana?

Rezeki kita Allah titipkan di kebahagiaan dan Kemuliaan orang lain. 


Selamat menggapai ridha Ilaahi, saudara ku tercinta...

❤❤❤💕💕💕💕💕💕💕❤❤❤


Copas

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah Orang Kaya Naik Haji yang Menitipkan Uang

Di kitab irsyadul ibad Novi Amanah 19 Juli 2018 AsSAJIDIN.COM   — “Ada Setelah selesai melaksanakan hajinya, orang kaya itu mendatangi rumah orang yang diberi amanah menyimpan uangnya tsb. Sesampainya di rumah orang itu, ternyata orang tersebut telah wafat.   Orang kaya itupun bertanya kepada ahli warisnya. Namun tidak satupun diantara ahli warisnya mengetahui perihal uang titipan tersebut. Orang kaya itupun kebingungan dan bertanya-tanya dalam hatinya, di manakah uang yang disimpan oleh orang yang diberi amanat tersebut?   Orang kaya itupun mendatangi seorang alim di kota Mekkah, lalu menceritakan tentang uangnya tersebut.   Orang alim itu berkata : “Di sepertiga malam akhir nanti, pergilah kamu ke Sumur Zam-Zam, panggillah nama temanmu yang kau titipi uang itu, dibibir sumur. Jika temanmu adalah orang yang baik , dan termasuk seorang ahli Surga, maka dia pasti akan menjawab panggilanmu, lalu tanyakanlah kepadanya, dimanakah ia menyimpan uangmu”.   Pada akhir malam, orang kaya itupun

GARAM DAN TELAGA* 

Suatu ketika, hiduplah seorang tua yang bijak. Pada suatu pagi, datanglah seorang anak muda yang sedang dirundung banyak masalah. Langkahnya gontai dan air muka yang ruwet. Tamu itu, memang tampak seperti orang yang tak bahagia. Tanpa membuang waktu, orang itu menceritakan semua masalahnya. Pak Tua yang bijak, hanya mendengarkannya dengan seksama. Ia lalu mengambil segenggam garam, dan meminta tamunya untuk mengambil segelas air. Ditaburkannya garam itu kedalam gelas, lalu diaduknya perlahan. “Coba, minum ini, dan katakan bagaimana rasanya..”, ujar Pak tua itu. “Pahit. Pahit sekali”, jawab sang tamu, sambil meludah kesamping. Pak Tua itu, sedikit tersenyum. Ia, lalu mengajak tamunya ini, untuk berjalan ke tepi telaga di dalam hutan dekat tempat tinggalnya. Kedua orang itu berjalan berdampingan, dan akhirnya sampailah mereka ke tepi telaga yang tenang itu. Pak Tua itu, lalu kembali menaburkan segenggam garam, ke dalam telaga itu. Dengan sepotong kayu, dibuatnya gelombang mengaduk-aduk d

Dialog Waliyullah dengan virus wabah penyakit

Suatu saat datang segerombolan jundullah dari wabah penyakit ganas yakni Wabah Tho'un yang hendak masuk ke kota Damasykus Syiria. Di tengah jalan mereka bertemu dengan salah seorang waliyullah. Maka terjadilah percakapan singkat antara keduanya. "Mau kemana Kalian....?" Tanya wali tersebut.......!!!!! "Kami diperintah oleh Allah Swt untuk memasuki kota Damasykus". Jawabnya.......!!!! "Seberapa Lama kamu akan tinggal di sana..? Dan kira- kira akan makan seberapa banyak Korban?. Tanya si-wali itu kembali. "Dua tahun lamanya dan menelan sekitar seribu korban meninggal dunia". Jawabnya dengan jelas. Selang dua tahun kemudian, Sang Wali tersebut bertemu kembali dengan segerombolan wabah penyakit ganas tersebut. Seraya berkata : "Mengapa dalam waktu dua tahun kalian memakan korban begitu banyak hingga lima puluh ribu orang....? Bukankah kalian dulu janji korbanya hanya seribu orang meninggal dunia....? " Subanallah sangat