Langsung ke konten utama

PADA SUATU HARI, SEORANG ANAK BERKATA PADA IBUNYA :*

 Al musyarofah 24 juli 2021

PERKONGSIAN TAZKIRAH:

ⸯ⛱⸾⑇⃨᪽᪴﷽ ❉্᭄͜͡●💚﷽ ❉্᭄͜͡●ⸯ⛱⸾⑇⃨᪽᪴ 

        🔰𝕸𝖆𝖏𝖊𝖑𝖎𝖘 𝕻𝖊𝖈𝖎𝖓𝖙𝖆 𝕽𝖆𝖘𝖚𝖑🔰


*السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ*


☕Ngopi Panas☕


🌱 *ربي اغفرلي ولوالدي وارحمهما كماربياني صغيرا*🌴

*

―――――――――――――

*Ibu, aku malu sama teman-*

*temanku, mereka memiliki ibu*

*yang sempurna secara fisik dan*

*mereka bangga terhadap ibu*

*mereka,*

―――――――――――――

*tapi aku bu, mengapa aku*

*memiliki ibu yang buta. Andai saja*

*aku tau, aku dilahirkan oleh*

*seorang ibu yang buta, maka aku*

*lebih memilih untuk tidak*

*dilahirkan”*

―――――――――――――

*Mendengar kata-kata yang keluar*

*dari mulut anaknya,*

―――――――――――――

*sang ibu berkata : “Nak, ibu*

*memang buta, tetapi walaupun*

*kamu malu dengan keadaan fisik*

*yang ibu miliki, ibu tetap sayang*

*padamu nak.."*

―――――――――――――

*Anak menjawab : “ Bu, semua*

*teman-temanku selalu*

*menghinaku, bahkan tidak ada*

*satu perempuan pun yang suka*

*padaku karena melihat fisik ibu*

*yang tidak sempurna.*

―――――――――――――

*Mereka takut jika kelak menikah*

*denganku anak kami juga akan*

*cacat, buta seperti ibu ”.*

―――――――――――――

*Mendengar perkataan anaknya,*

*Sang ibu begitu terpukul dan*

*menangis,*

―――――――――――――

*namun demikian Sang Ibu tetap*

*sayang pada anaknya. tak henti-*

*hentinya ibu itu berdo’a untuk*

*anaknya.*

―――――――――――――

*Detik berganti menit, menit*

*berganti jam, jam berganti hari,*

―――――――――――――

*akhirnya Si Anak menyelesaikan*

*pendidikan S1 di Fakultas Teknik.*

―――――――――――――

*Betapa bangganya hati Sang ibu*

*mendengar anaknya akan*

*diwisuda dan menjadi* *seorang*

*Insinyur, tak sia-sia*

*pengorbanannya selama ini*

*dengan berjualan di pasar untuk*

*menyekolahkan Si Anak,*

――――――――――――― *tak*

*kenal lelah Sang ibu bekerja*

*walaupun dalam keadaan*

*matanya yang buta. Sampailah*

*saat yang ditunggu- tunggu ,*

―――――――――――――

*saat Anaknya dan yang lainnya*

*akan diwisuda. Teman-teman*

*berserta orang tuanya dan*

*keluarga berkumpul menantikan*

*acara dimulai,*

―――――――――――――

*tetapi Sang ibu sama sekali tidak*

*diajak Anaknya untuk menghadiri*

*wisuda tersebut.*

―――――――――――――

*Akhirnya Sang ibu datang sendiri*

*keacara tersebut,*

―――――――――――――

*sesampainya ditempat Anaknya*

*akan diwisuda, betapa bahagianya*

*hati sang ibu mendengar nama*

*anaknya dipanggil kedepan*

*dengan nilai terbaik.*

―――――――――――――

*Namun si Anak sangat malu*

*terhadap teman-teman dan*

*kekasihnya ketika mengetahui*

*ibunya juga hadir di* *acara wisuda*

*itu,* ――――――― *acara yang*

*seharusnya menurut si Anak*

*membuatnya bahagia.* *Pada saat*

*itu,* ―――――――――――――

*sang ibu mendekati Si anak*

*sambil meraba-raba wajah*

*anaknya, lalu kekasih Si anak*

*bertanya pada: dia “ Siapa*

*perempuan buta itu ?"*

――――――――――――― *si*

*Anak tidak menjawab dan hanya*

*diam membisu.*

―――――――――――――

*Akhirnya sang ibu berkata bahwa*

*dia adalah ibunya. mendengar*

*ibunya berkata demikian,*

――――――――――――― *Si*

*Anak akhirnya pulang sebelum*

*acara selesai dan meninggalkan*

*ibunya sendirian.*

―――――――――――――

*Setelah acara selesai akhirnya*

*sang ibu juga pulang kerumah*

*tanpa anaknya.*

―――――――――――――

*Namun siapa yang tau kapan ajal*

*akan tiba,*

―――――――――――――

*ketika hendak menyebrang jalan*

*sang ibu meninggal dunia.*

―――――――――――――

*Betapa terkejutnya sh Anak ketika*

*pihak rumah sakit mengabarkan*

*bahwa beberapa menit yang lalu*

*ibunya telah meninggal akibat*

*kecelakaan.*

―――――――――――――

*Dan petugas kepolisian*

*memberikan tas yang dibawa*

*ibunya pada saat menghadiri*

*wisuda,*

――――――――――――― *si*

*Anak hanya diam duduk*

*menunggu ibunya yang masih*

*dibersihkan dari sisa-sisa darah*

*yang masih menempel di*

*tubuhnya.*

―――――――――――――

*Pada saat menunggu jenazah*

*ibunya, si Anak membuka tas*

*kesayangan ibunya yang lusuh*

*dan kumal itu.*

―――――――――――――

*Disana terdapat foto Sang ibu*


*ketika mengandungnya, dan*

*betapa terkejutnya Si Anak ketika*

*membaca sepucuk surat yang*

*begitu lusuh yang terdapat*

*didalam tas ibunya.*

――――――――――――― *Si*

*Anak membaca surat tersebut,*

*dan didalam surat itu tertulis : “*

―――――――――――――

*Banjarmasin, 12 Oktober 1984,*

*Anakku yang sangat kucintai, bayi*

*mungilku yang sangat kusayangi,*

*betapa kau sangat berharga*

*dihati ibu nak.*

―――――――――――――

*Walaupun kau buta dari lahir*

*tetapi ibu sangat menyayangimu,*

―――――――――――――

*kaulah anugrah terindah yang ibu*

*miliki. Nak,*

――――――――――――― *ini*

*adalah surat terakhir yang ibu*

*tulis, karena besok ibu sudah*

*tidak bisa lagi menuliskan kata-*

*kata diatas kertas*

―――――――――――――

*Karena besok ibu akan*

*mendonorkan kedua* *mata ibu*

*untukmu nak,*

―――――――――――――

*agar kelak kau dapat melihat dan*

*menikmati indahnya dunia,*

*anugrah yang diberikan ALLAH.*

―――――― *Nak suatu saat jika*

*ibu sudah tiada dan kau ingin*

*melihat ibu, berkacalah nak,*

*≈karena dimatamu ada ibu yang*

*selalu menemanimu ”.*

―――――――――――――

*Airmata Si Anak pun mengalir*

*deras, ia menyesal karena sudah*

*terlambat bagi dirinya untuk*

*membahagiakan ibunya.* 

*Si Anak*

*teringat dengan semua perbuatan*

*yang ia lakukan terhadap ibunya,*

――――――――――――

*dia hanya duduk terdiam tersimpuh*

*di depan kaki ibunya yang telah*

*terbujur kaku.*

――――――――――――

*Semua telah terjadi dan kini*

*ibunya telah pergi untuk selama-*

*lamanya.*

―――――――――――

*dalam hal ini mengajarkan*

*betapa besar kasih sayang*

*seorang ibu terhadap anaknya,*

*tanpa mengharapkan balasan.*


*#TOLONG KLIK BAGIKAN STATUS INI AGAR SEMUA ANAK TIDAK DURHAKA TERHADAP IBUNYA#*


*SAYANGILAH IBUMU DENGAN TULUS IKHLAS, JIKA KAU TELAH BERKELUARGA, AJAKLAH ANAK ISTRIMU, UNTUK SELALU BERTEMU IBU, YANG TAK HENTI HENTI MERINDUKAN WAJAHMU.*


*DEKAPAN DAN TATAPAN MATA IBU ITULAH DO'A, DAN DARI SITULAH RIZKIMU AKAN DILIMPAHKAN*


Aamiin Ya Rabbal' Alamiin 🤲


*اَلّٰلهُمَّ صَلِّ عَلَی سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَی آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ ﷺ*

ⸯ⛱⸾⑇⃨᪽᪴𝕮𝖆𝖍𝖆𝖞𝖆 𝕱𝖎𝖗𝖉𝖆𝖚𝖘ⸯ⛱⸾⑇⃨᪴🎇

❀🌿~~••~~••~~••~~••~~••~~🌿❀

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah Orang Kaya Naik Haji yang Menitipkan Uang

Di kitab irsyadul ibad Novi Amanah 19 Juli 2018 AsSAJIDIN.COM   — “Ada Setelah selesai melaksanakan hajinya, orang kaya itu mendatangi rumah orang yang diberi amanah menyimpan uangnya tsb. Sesampainya di rumah orang itu, ternyata orang tersebut telah wafat.   Orang kaya itupun bertanya kepada ahli warisnya. Namun tidak satupun diantara ahli warisnya mengetahui perihal uang titipan tersebut. Orang kaya itupun kebingungan dan bertanya-tanya dalam hatinya, di manakah uang yang disimpan oleh orang yang diberi amanat tersebut?   Orang kaya itupun mendatangi seorang alim di kota Mekkah, lalu menceritakan tentang uangnya tersebut.   Orang alim itu berkata : “Di sepertiga malam akhir nanti, pergilah kamu ke Sumur Zam-Zam, panggillah nama temanmu yang kau titipi uang itu, dibibir sumur. Jika temanmu adalah orang yang baik , dan termasuk seorang ahli Surga, maka dia pasti akan menjawab panggilanmu, lalu tanyakanlah kepadanya, dimanakah ia menyimpan uangmu”.   Pada akhir malam, orang kaya itupun

GARAM DAN TELAGA* 

Suatu ketika, hiduplah seorang tua yang bijak. Pada suatu pagi, datanglah seorang anak muda yang sedang dirundung banyak masalah. Langkahnya gontai dan air muka yang ruwet. Tamu itu, memang tampak seperti orang yang tak bahagia. Tanpa membuang waktu, orang itu menceritakan semua masalahnya. Pak Tua yang bijak, hanya mendengarkannya dengan seksama. Ia lalu mengambil segenggam garam, dan meminta tamunya untuk mengambil segelas air. Ditaburkannya garam itu kedalam gelas, lalu diaduknya perlahan. “Coba, minum ini, dan katakan bagaimana rasanya..”, ujar Pak tua itu. “Pahit. Pahit sekali”, jawab sang tamu, sambil meludah kesamping. Pak Tua itu, sedikit tersenyum. Ia, lalu mengajak tamunya ini, untuk berjalan ke tepi telaga di dalam hutan dekat tempat tinggalnya. Kedua orang itu berjalan berdampingan, dan akhirnya sampailah mereka ke tepi telaga yang tenang itu. Pak Tua itu, lalu kembali menaburkan segenggam garam, ke dalam telaga itu. Dengan sepotong kayu, dibuatnya gelombang mengaduk-aduk d

Dialog Waliyullah dengan virus wabah penyakit

Suatu saat datang segerombolan jundullah dari wabah penyakit ganas yakni Wabah Tho'un yang hendak masuk ke kota Damasykus Syiria. Di tengah jalan mereka bertemu dengan salah seorang waliyullah. Maka terjadilah percakapan singkat antara keduanya. "Mau kemana Kalian....?" Tanya wali tersebut.......!!!!! "Kami diperintah oleh Allah Swt untuk memasuki kota Damasykus". Jawabnya.......!!!! "Seberapa Lama kamu akan tinggal di sana..? Dan kira- kira akan makan seberapa banyak Korban?. Tanya si-wali itu kembali. "Dua tahun lamanya dan menelan sekitar seribu korban meninggal dunia". Jawabnya dengan jelas. Selang dua tahun kemudian, Sang Wali tersebut bertemu kembali dengan segerombolan wabah penyakit ganas tersebut. Seraya berkata : "Mengapa dalam waktu dua tahun kalian memakan korban begitu banyak hingga lima puluh ribu orang....? Bukankah kalian dulu janji korbanya hanya seribu orang meninggal dunia....? " Subanallah sangat