Langsung ke konten utama

Kisah: BAL'AM BIN BA'URA, ULAMA YANG DILAKNAT KARENA MEMBELA PENGUASA ZHALIM

Telah disampaikan di  al musyarofah,sabtu 28 Nopember 2020.Ba'da subuh.

Kisah ini DiCeritakan dalam Al Qur'an  surah al-araf-175-177

وَٱتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ ٱلَّذِىٓ ءَاتَيْنَٰهُ ءَايَٰتِنَا فَٱنسَلَخَ مِنْهَا فَأَتْبَعَهُ ٱلشَّيْطَٰنُ فَكَانَ مِنَ ٱلْغَاوِينَ


Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi Al Kitab), kemudian dia melepaskan diri dari pada ayat-ayat itu, lalu dia diikuti oleh syaitan (sampai dia tergoda), maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat.

وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنَٰهُ بِهَا وَلَٰكِنَّهُۥٓ أَخْلَدَ إِلَى ٱلْأَرْضِ وَٱتَّبَعَ هَوَىٰهُ ۚ فَمَثَلُهُۥ كَمَثَلِ ٱلْكَلْبِ إِن تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَث ۚ ذَّٰلِكَ مَثَلُ ٱلْقَوْمِ ٱلَّذِينَ كَذَّبُوا۟ بِـَٔايَٰتِنَا ۚ فَٱقْصُصِ ٱلْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ

Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir.

سَآءَ مَثَلًا ٱلْقَوْمُ ٱلَّذِينَ كَذَّبُوا۟ بِـَٔايَٰتِنَا وَأَنفُسَهُمْ كَانُوا۟ يَظْلِمُونَ

Amat buruklah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan kepada diri mereka sendirilah mereka berbuat zalim.




Bal'am bin Ba’ura, adalah seorang Ulama dari kalangan Bani Israil yang hidup dijaman Nabi Musa a.s.


Beliau dikaruniai ilmu,  nama2 ALLOH yang Mulia (Ism al Adzham), dan berbagai kelebihan lainnya, hingga setiap Doanya selalu ALLOH  Ijabah.


Suatu ketika Nabi Musa a.s dan rombongannya melakukan perjalanan dari Mesir. Beliau singgah di tanah Bani Kan’an, tempat di mana Bal'am tinggal. 


Melihat kedatangan Nabi Musa a.s bersama orang2 Saleh lainnya. Penguasa dan beberapa orang pemuka kabilah merasa terancam kedudukannya.


Mereka meminta Bal ’am agar mendoakan Nabi Musa dan pengikutnya binasa. 


Mereka mendatangi Bal’am seraya berkata : 

Wahai Bal’am, Musa bin Imran telah hadir di tengah Bani Israil. Kami khawatir kalau mereka akan mengusir kami.


Sesungguhnya kami adalah kaummu, dan engkau adalah orang yang terkabul doanya. 


Keluar dan berdoalah kepada ALLOH Subhanahu wata'ala agar menimpakan keburukan kepada mereka.


Pada awalnya Bal ’am menolak.


Beliau menyadari, kalau Nabi Musa adalah utusan ALLOH  yang berada di Jalan Kebenaran. 


Karena itu, tak mungkin baginya memusuhi Nabi Musa dan pengikutnya.


Bal’am berkata : 

Celakah kalian ! 

Nabi ALLOH itu dijaga oleh para Malaikat dan orang-orang beriman. 


Bagaimana mungkin aku mendoakan keburukan atas mereka, sedangkan kelebihan yang aku miliki ini juga dari ALLOH Subhanahu wata'ala ?.


Jika aku berdoa kepada ALLOH supaya menolak/berdoa keburukan untuk  Musa berikut orang-orang yang menyertainya, niscaya Lenyaplah Dunia dan Akhiratku.


Tetapi, karena dahsyatnya bujuk rayu sang penguasa yang akan memberikan harta dan kedudukan padanya, istrinyapun goyah dan meminta agar Bal'am menerima tawaran tersebut. 

Akhirnya Iman Bal’am pun ikut goyah dan tak kuasa menolaknya. 


Akhirnya Bal'am bin Ba'urapun bergabung bersama penguasa dzalim.

Sehingga ALLOH Subhanahu wata'ala mencabut semua kemuliaan yang ada padanya.


Bal’am kemudian menaiki keledainya menuju bukit Husban, dimana ia dapat melihat Nabi Musa dan pengikutnya. 


Baru berjalan beberapa langkah, keledainyapun menderum, tak mau jalan.

Bal'am pun turun dan memukulnya. 


Awalnya keledai itu tak mau jalan. Tetapi karena dipukul keras, keledai itupun berdiri.


Baru berjalan beberapa langkah, keledai itupun berhenti.

Lalu dipukulnya kembali hingga berdiri. 

Selanjutnya, keledai itu terus menolak tak mau jalan.


Ketika ia kembali akan menyiksa keledainya, maka ALLOH Mengijinkan keledai tersebut berbicara padanya.


Keledai itu berkata : 

Celaka engkau, wahai Bal’am !. 

Kemana engkau hendak pergi ? 


Tidakkah engkau melihat para Malaikat dihadapanku menolak ?.


Apakah engkau hendak pergi kepada Nabi ALLOH dan kaum Mukminin untuk mendoakan keburukan kepada mereka.


Namun Bal'am yang sudah bergabung dengan penguasa dzalim itu, tak peduli dan terus memukulnya. 


ALLOH Subhanahu wata'ala membiarkan keledai itu berjalan hingga sampailah di hadapan Nabi Musa a.s dan Bani Israil.


Kemudian Bal'ampun mulai mendoakan keburukan kepada Nabi Musa a.s dan para pengikutnya. 


Tetapi Tidaklah ia mendoakan keburukan kepada mereka, melainkan ALLOH  Memalingkan lisannya,(lidahnya keseleo,salah ucap) sehingga mendoakan keburukan kepada penguasa dan kaumnya.(dzalim) 


Tidaklah ia mendoakan kebaikan kepada kaumnya melainkan ALLOH Memalingkan lisannya,(lidahnya keseleo,salah ucap) sehingga mendoakan kebaikan kepada Nabi Musa dan Bani Israil.


Melihat Doanya yang terbalik, kaumnyapun langsung protes : 


Wahai Bal’am, Apakah engkau tahu apa yang engkau lakukan ?.


Engkau hanyalah mendoakan kebaikan kepada mereka dan mendoakan keburukan kepada kami ?.


Ia menjawab : 

Inilah yang tidak aku kuasai. Ini sesuatu yang telah ALLOH Tentukan.


Kemudian lidahnya menjulur sampai ke dadanya, lalu ia mengatakan :  


Sekarang telah hilang dariku dunia dan Akhirat. Tidak tersisa lagi selain makar dan tipu daya, maka aku akan membuat makar dan tipu daya untuk kalian.


ALLOH Menurunkan berbagai macam bencana, serta penyakit menular yang menewaskan lebih dari 70.000 orang. 


*Dan menjadikan lidah Bal’am menjulur seperti seekor anjing.*


Begitulah Kemurkaan ALLOH  terhadap Penguasa Dzalim dan Ulama yang rela menjual Agamanya demi harta dan kedudukannya.


ALLOH  Hinakan mereka seperti seekor anjing yang setia kepada majikannya.  


Diberi peringatan ataupun tidak, ia akan tetap menjulurkan lidahnya.


Begitulah nasib Ulama yang rela menjual Agamanya, demi harta, jabatan dan orang2 yang membayarnya.


Kisah tersebut diatas 👆ALLOH Subhanahu wata'ala Ceritakan dalam Kitab Suci-NYA AL QUR'AN Surah AL A'RAF ayat 175-177.


Semoga ALLOH Subhanahu wata'ala Kuatkan Iman Islam kita.

Bisa Istiqomah melaksanakan Perintah dan menjauhi larangannya, hingga wafat dalam keadaan Husnul Khatimah. Aamiin.

Dikutip dari grup Wa mushola al musyarofah Selasa 131020 pukul 09.30

Sumber 2 :dikutip dari:Kamis 08 Maret 2018K

https://www.nusantaramengaji.com/belajar-dari-kisah-balam-bin-baura-ulama-yang-melacurkan-diri-demi-dunia Kamis 08 Maret 2018

Belajar Dari Kisah Bal'am bin Ba'ura (Ulama Yang Melacurkan Diri demi Dunia)

Nusantaramengaji.com - Allah berfirman dalam surah Al A’raf ayat 175-177;

وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ الَّذِي آتَيْنَاهُ آيَاتِنَا فَانْسَلَخَ مِنْهَا فَأَتْبَعَهُ الشَّيْطَانُ فَكَانَ مِنَ الْغَاوِينَ  *

وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنَاهُ بِهَا وَلَكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى الأرْضِ وَاتَّبَعَ هَوَاهُ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ الْكَلْبِ إِنْ تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَثْ ذَلِكَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ*كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ

 سَاءَ مَثَلا الْقَوْمُ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا وَأَنْفُسَهُمْ كَانُوا يَظْلِمُونَ*

Artinya; Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi Al-Kitab), kemudian dia melepaskan diri dari ayat-ayat itu, lalu dia diikuti oleh setan (sampai dia tergoda), maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat. Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing, jika kamu meng­halaunya diulurkannya lidahnya, dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berpikir. Amat buruklah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, dan kepada diri mereka sendirilah mereka berbuat zalim

Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya menceritakan bahwa Muhammad ibnu lshaq ibnu Yasar telah meriwayatkan dari Salim Abun Nadr; ia pernah menceritakan bahwa Musa a.s. ketika turun di negeri Kan'an—bagian dari wilayah Syam—maka kaum Bal'am datang menghadap kepada Bal'am dan mengatakan kepadanya, "Musa ibnu Imran telah datang bersama dengan pasukan Bani Israil.

Dia datang untuk mengusir kita dari negeri kita dan akan membunuh kita, lalu membiarkan tanah ini dikuasai oleh Bani Israil. Dan sesungguhnya kami adalah kaummu yang dalam waktu yang dekat tidak akan mempunyai tempat tinggal lagi, sedangkan engkau adalah seorang lelaki yang doanya diperkenankan Tuhan. Maka keluarlah engkau dan berdoalah untuk kehancuran mereka." Bal'am menjawab, "Celakalah kalian! Nabi Allah ditemani oleh para malaikat dan orang-orang mukmin, maka mana mungkin saya pergi mendoakan untuk kehancuran mereka, sedangkan saya mengetahui Allah tidak akan menyukai hal itu?" Mereka mengatakan kepada Bal'am, "Kami tidak akan memiliki tempat tinggal lagi."

Mereka terus-menerus meminta dengan memohon belas kasihan dan berendah diri kepada Bal'am untuk membujuknya. Akhirnya Bal'am terbujuk. Lalu Bal'am menaiki keledai kendaraannya menuju ke arah sebuah bukit sehingga ia dapat melihat perkemahan pasukan kaum Bani Israil, yaitu Bukit Hasban. Setelah berjalan tidak begitu jauh, keledainya mogok, tidak mau jalan. Maka Bal'am turun dari keledainya dan memukulinya hingga keledainya mau bangkit dan berjalan, lalu Bal'am menaikinya.

Tetapi setelah berjalan tidak jauh, keledainya itu mogok lagi, dan Bal'am memukulinya kembali, lalu menjewer telinganya. Maka secara aneh keledainya dapat berbicara —memprotes tindakannya—seraya mengatakan, "Celakalah kamu. hai Bal’am, ke manakah kamu akan pergi. Tidakkah engkau melihat para malaikat berada di hadapanku menghalang-halangi jalanku? Apakah engkau akan pergi untuk mendoakan buat kehancuran Nabi Allah dan kaum mukminin?" Bal'am tidak menggubris protesnya dan terus memukulinya, maka Allah memberikan jalan kepada keledai itu setelah Bal'am memukuli­nya.

Lalu keledai itu berjalan membawa Bal'am hingga sampailah di atas puncak Bukit Hasban, di atas perkemahan pasukan Nabi Musa dan kaum Bani Israil. Setelah ia sampai di tempat itu, maka ia berdoa untuk kehancuran mereka. Tidak sekali-kali Bal'am mendoakan keburukan untuk Musa dan pasukannya, melainkan Allah memalingkan lisannya hingga berbalik mendoakan keburukan bagi kaumnya.

Dan tidak sekali-kali Bal'am mendoakan kebaikan buat kaumnya, melainkan Allah memalingkan lisannya hingga mendoakan kebaikan buat Bani Israil. Maka kaumnya berkata kepadanya, "Tahukah engkau, hai Bal'am, apakah yang telah kamu lakukan? Sesungguhnya yang kamu doakan hanyalah untuk kemenangan mereka dan kekalahan kami."

Bal'am menjawab, "Ini adalah suatu hal yang tidak saya kuasai, hal ini merupa­kan sesuatu yang telah ditakdirkan oleh Allah." Maka ketika itu lidah Bal'am menjulur keluar sampai sebatas dadanya, lalu ia berkata kepada kaumnya, "Kini telah lenyaplah dariku dunia dan akhiratku, dan sekarang tiada jalan lain bagiku kecuali harus melancarkan tipu muslihat dan kilah yang jahat.

Maka aku akan melancarkan tipu muslihat buat kepentingan kalian. Sekarang percantiklah wanita-wanita kalian dan berikanlah kepada mereka berbagai macam barang dagangan. Setelah itu lepaskanlah mereka pergi menuju tempat perkemahan pasukan Bani Israil untuk melakukan jual beli di tempat mereka, dan perintahkanlah kepada kaum wanita kalian agar jangan sekali-kali ada seorang wanita yang menolak bila dirinya diajak berbuat mesum dengan lelaki dari kalangan mereka. Karena sesungguhnya jika ada seseorang dari mereka berbuat zina, maka kalian akan dapat mengalahkan mereka." Lalu kaum Bal'am melakukan apa yang telah diperintahkan.

Ketika kaum wanita itu memasuki perkemahan pasukan Bani Israil seorang wanita dari Kan'an (kaum Bal'am) yang dikenal dengan nama Kusbati, anak perempuan pemimpin kaumnya bersua dengan seorang lelaki dari kalangan pembesar kaum Bani Israil. Lelaki tersebut bernama Zumri ibnu Syalum, pemimpin kabilah Syam'un ibnu Ya'qub ibnu Ishaq ibnu Ibrahim. Ketika Zumri melihat Kusbati, ia terpesona oleh kecantikannya. Lalu ia bangkit dan memegang tangan Kusbati, kemudian membawanya menghadap kepada Nabi Musa. Zumri berkata, "Sesungguhnya aku menduga engkau akan mengatakan bahwa ini diharamkan atas dirimu, janganlah kamu mendekatinya." Musa a.s. berkata, "Dia haram bagimu!" Zumri menjawab, "Demi Allah, saya tidak mau tunduk kepada perintahmu dalam hal ini."

Lalu Zumri membawa Kusbati masuk ke dalam kemahnya dan menyetubuhinya. Maka Allah Swt. mengirimkan penyakit ta'un kepada kaum Bani Israil di perkemahan mereka. Pada saat Zumri ibnu Syalum melakukan perbuatan mesum itu Fanhas ibnul Aizar ibnu Harun —pengawal pribadi Musa— sedang tidak ada di tempat. Penyakit ta'un datang melanda mereka, dan tersiarlah berita itu. Lalu Fanhas mengambil tombaknya yang seluruhnya terbuat dari besi, kemudian ia memasuki kemah Zumri yang saat itu sedang berbuat zina, lalu Fanhas menyate keduanya dengan tombaknya. Ia keluar seraya mengangkat keduanya setinggi-tingginya dengan tombaknya.

Tombaknya itu ia jepitkan ke lengannya dengan bertumpu ke bagian pinggangnya, sedangkan batangnya ia sandarkan ke janggutnya. Dia (Fanhas) adalah anak pertama Al-Aizar. Kemudian ia berdoa, "Ya Allah, demikianlah pembalasan yang kami lakukan terhadap orang yang berbuat durhaka kepada Engkau." Maka ketika itu juga penyakit ta'un lenyap. Lalu dihitunglah orang-orang Bani Israil yang mati karena penyakit ta'un sejak Zumri berbuat zina dengan wanita itu hingga Fanhas membunuhnya, ternyata seluruhnya berjumlah tujuh puluh ribu orang.

Sedangkan menurut perhitungan orang yang meminimkan jumlahnya dari kalangan mereka, dua puluh ribu jiwa telah melayang dalam jarak waktu satu jam di siang hari. Sejak saat itulah kaum Bani Israil memberikan kepada anak-anak Fanhas dari setiap korban yang mereka sembelih, yaitu bagian leher, kaki depan, dan janggut korbannya, serta anak yang pertama dari ternak mereka dan yang paling disayangi, karena Fanhas adalah anak pertama dari ayahnya yang bernama Al-Aizura.  Sehubungan dengan Bal'am ibnu Ba'ura ini, kisahnya disebutkan oleh Allah Swt.: dan bacakanlah kepada mereka kisah orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi Al-Kitab), kemudian dia melepaskan diri dari ayat-ayat itu. ( Al-A' raf: 175) sampai dengan firman-Nya: agar mereka berpikir. (Al-A'raf: 176)

Demikianlah kisah Bal’am, seorang ulama Bani Israel yang menjual agamanya demi dunia. Sebuah kisah yang perlu menjadi ispirasi kita untuk tidak mudah merasa diri paling baik karena ketika Allah menguji/menimpakan sesuatu yang tidak bisa kita elakkan maka hancurlah semua kehebatan kita. Dari itu, hanya kepada Allah kita meyembah dan hanya kepada-Nya pula kita meminta pertolongan dari segala sesuatu yang dapat memalingkan kita dari-Nya. Amiinn.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah Orang Kaya Naik Haji yang Menitipkan Uang

Di kitab irsyadul ibad Novi Amanah 19 Juli 2018 AsSAJIDIN.COM   — “Ada Setelah selesai melaksanakan hajinya, orang kaya itu mendatangi rumah orang yang diberi amanah menyimpan uangnya tsb. Sesampainya di rumah orang itu, ternyata orang tersebut telah wafat.   Orang kaya itupun bertanya kepada ahli warisnya. Namun tidak satupun diantara ahli warisnya mengetahui perihal uang titipan tersebut. Orang kaya itupun kebingungan dan bertanya-tanya dalam hatinya, di manakah uang yang disimpan oleh orang yang diberi amanat tersebut?   Orang kaya itupun mendatangi seorang alim di kota Mekkah, lalu menceritakan tentang uangnya tersebut.   Orang alim itu berkata : “Di sepertiga malam akhir nanti, pergilah kamu ke Sumur Zam-Zam, panggillah nama temanmu yang kau titipi uang itu, dibibir sumur. Jika temanmu adalah orang yang baik , dan termasuk seorang ahli Surga, maka dia pasti akan menjawab panggilanmu, lalu tanyakanlah kepadanya, dimanakah ia menyimpan uangmu”.   Pada akhir malam, orang kaya itupun

GARAM DAN TELAGA* 

Suatu ketika, hiduplah seorang tua yang bijak. Pada suatu pagi, datanglah seorang anak muda yang sedang dirundung banyak masalah. Langkahnya gontai dan air muka yang ruwet. Tamu itu, memang tampak seperti orang yang tak bahagia. Tanpa membuang waktu, orang itu menceritakan semua masalahnya. Pak Tua yang bijak, hanya mendengarkannya dengan seksama. Ia lalu mengambil segenggam garam, dan meminta tamunya untuk mengambil segelas air. Ditaburkannya garam itu kedalam gelas, lalu diaduknya perlahan. “Coba, minum ini, dan katakan bagaimana rasanya..”, ujar Pak tua itu. “Pahit. Pahit sekali”, jawab sang tamu, sambil meludah kesamping. Pak Tua itu, sedikit tersenyum. Ia, lalu mengajak tamunya ini, untuk berjalan ke tepi telaga di dalam hutan dekat tempat tinggalnya. Kedua orang itu berjalan berdampingan, dan akhirnya sampailah mereka ke tepi telaga yang tenang itu. Pak Tua itu, lalu kembali menaburkan segenggam garam, ke dalam telaga itu. Dengan sepotong kayu, dibuatnya gelombang mengaduk-aduk d

Dialog Waliyullah dengan virus wabah penyakit

Suatu saat datang segerombolan jundullah dari wabah penyakit ganas yakni Wabah Tho'un yang hendak masuk ke kota Damasykus Syiria. Di tengah jalan mereka bertemu dengan salah seorang waliyullah. Maka terjadilah percakapan singkat antara keduanya. "Mau kemana Kalian....?" Tanya wali tersebut.......!!!!! "Kami diperintah oleh Allah Swt untuk memasuki kota Damasykus". Jawabnya.......!!!! "Seberapa Lama kamu akan tinggal di sana..? Dan kira- kira akan makan seberapa banyak Korban?. Tanya si-wali itu kembali. "Dua tahun lamanya dan menelan sekitar seribu korban meninggal dunia". Jawabnya dengan jelas. Selang dua tahun kemudian, Sang Wali tersebut bertemu kembali dengan segerombolan wabah penyakit ganas tersebut. Seraya berkata : "Mengapa dalam waktu dua tahun kalian memakan korban begitu banyak hingga lima puluh ribu orang....? Bukankah kalian dulu janji korbanya hanya seribu orang meninggal dunia....? " Subanallah sangat