Sabtu, 22 Januari 2022

Amr Al Uqaisy Ra

 ~~~🖋️﷽

*🍃💞⸽⃟∘̥⃟📚✨ _Kisah Para_*

*_Sahabat Nabi~~~_✨🕊️⸽⃟∘̥⃟*💞🍃

*༺═───────────*───═  ﷽

🌴🌴🌴🌴🌴🌴🌴🌴🌴🌴🌴

_🇮🇩Menuju Indonesia Bertauhid☝🏻_


*_Sahabat Fillah~~~_*




Amr bin Uqaisy mempunyai tagihan bunga pinjaman yang cukup besar semasa jahiliah, dan ia masih menginginkan "haknya" tersebut diperoleh, mungkin rasa "hubbud dunya"nya masih tinggi. Hal itulah yang menghalangi dia untuk memeluk Islam, sebagaimana saudara dan kerabatnya yang lain. Islam memang melarang untuk mengambil riba kecuali pokok pinjamannya saja, walaupun hal itu telah disepakati pada akad pinjam meminjam sebelum memeluk Islam. Amr berfikir, kalau ia telah menerima semua bunga pinjaman tersebut, barulah ia akan masuk Islam. 


Suatu ketika pada hari terjadinya perang Uhud, ia bertanya kepada orang sekitarnya, “Dimanakah para kemenakanku?"  


Mereka menjelaskan kalau mereka sedang berperang di Uhud bersama Rasulullah SAW.


“Di Uhud?" Katanya.


Sejenak Amr terpekur, seakan-akan ia sedang berbicara dengan dirinya sendiri. Tak lama kemudian ia memakai baju besi dan menaiki kudanya, memacunya ke arah Uhud. Ketika pasukan Islam melihat kedatangannya, mereka berkata, "Menyingkirlah dari kami, hai Amr!"


Amr berkata, "Sesungguhnya aku telah beriman."


Kemudian ia menerjunkan diri dalam pertempuran, menerjang musuh dengan semangat membara, tak kalah dengan sahabat-sahabat lainnya. Setelah pertempuran usai, Amr ditemukan mengalami luka yang cukup parah dan ia diantarkan kembali kepada keluarganya.  


Beberapa hari berselang, sahabat Sa'd bin Muadz datang mengunjunginya. Ia menyuruh adik perempuan Amr untuk menanyakan kepada kakaknya tersebut, ia berperang itu untuk membela dan melindungi keluarganya, atau marah demi Allah dan RasulNya. Ketika hal itu ditanyakan sang adik, Amr berkata, "Aku berperang karena marah demi Allah dan RasulNya." Beberapa waktu kemudian ia meninggal, dan Nabi SAW menggolongkannya sebagai ahlu jannah, walaupun ia belum sempat shalat sama sekali dalam keislamannya tersebut.



🌸📚~~~🖋️

HAKIKAT CINTA YANG SESUNGGUHNYA

 ~~~🖋️﷽

*🍃💞⸽⃟∘̥⃟📚✨ _Kisah Cerita & Motivasi Kehidupan~~~_✨🕊️⸽⃟∘̥⃟*💞🍃

*༺═───────────*───═  ﷽

_🇮🇩Menuju Indonesia Bertauhid☝🏻_


*_Sahabat Fillah~~~_*



Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarokaatuh


Mungkin diantara kita, masih ingat akan kisah cerita ini? Kembali kita bertadabbur, menggali sepenggal pelajaran yang berharga dari kisah tersebut.


Salman Al Farisi adalah salah seorang sahabat Nabi Muhammad ﷺ yang berasal dari negeri Persia. Salman sengaja meninggalkan kampung halamannya untuk mencari cahaya kebenaran. Kegigihannya berbuah hidayah Alloh Ta'ala, dengan dipertemukannya beliau dengan Nabi Muhammad ﷺ di kota Madinah. 


Salah satu kehebatan Salman adalah strategi perangnya. Beliau juga yang mengusulkan penggalian parit di sekeliling kota Madinah ketika kaum kafir Quraisy Mekah bersama pasukan sekutunya datang menyerbu dalam perang Khandaq.


Saat itu, Salman Al Farisi sudah waktunya untuk menikah. Ada seorang wanita Anshar yang dikenalnya sebagai wanita mu’minah lagi shalihah telah mengambil tempat di hatinya. Tentu saja bukan sebagai pacar, tetapi sebagai sebuah pilihan untuk menambatkan cinta dan membangun rumah tangga dalam ikatan suci dengannya.


Tapi bagaimanapun, ia merasa asing di kota Madinah. Madinah bukanlah tempat kelahirannya. Madinah bukanlah tempatnya tumbuh dewasa. Madinah memiliki adat istiadat tersendiri, ras, bahasa, dan rupa-rupa yang belum begitu dikenalnya. 


Ia berfikir, melamar seorang gadis pribumi tentu menjadi sebuah urusan yang pelik bagi seorang pendatang. Harus ada seorang yang akrab dengan tradisi Madinah yang mau membantunya untuk melamarnya. Maka disampaikannyalah keinginan hatinya itu kepada shahabat Anshar yang telah dipersaudarakan dengannya, yaitu Abu Darda’.


”Subhanallaah. . wal hamdulillaah...”, girang gembira perasan Abu Darda’ mendengarnya. Dia merasa tersanjung mendapat kepercayaan dari Salman. Keduanya tersenyum bahagia dan berpelukan. Maka setelah persiapan dirasa cukup, beriringanlah kedua sahabat itu menuju sebuah rumah di penjuru tengah kota Madinah. 

Rumah seorang wanita yang shalihah lagi bertaqwa.


”Saya adalah Abu Darda’ dan ini adalah saudara saya Salman seorang Persia. Alloh Ta'ala telah memuliakannya dengan Islam dan dia juga telah memuliakan Islam dengan amal dan jihadnya. Dia memiliki kedudukan yang utama di sisi Rasulullah Shallallaahu ’Alaihi wa Sallam, sampai-sampai beliau menyebutnya sebagai ahli bait-nya. Saya datang untuk mewakili saudara saya ini, melamar putri Anda untuk dipersuntingnya”.


Dengan pasih Abu Darda’ berbicara dalam logat Bani Najjar yang paling murni.


”Adalah kehormatan bagi kami menerima Anda berdua, shahabat Rasulullah SAW yang mulia. Dan adalah kehormatan bagi keluarga kami bermenantukan seorang shahabat Rasulullah ﷺ yang utama. Akan tetapi, hak jawab ini sepenuhnya saya serahkan pada puteri kami”, jawab tuan rumah.


Abu Darda dan Salman menunggu dengan berdebar-debar. Hingga sang ibu muncul kembali setelah berbincang-bincang dengan puterinya.


”Maafkan kami atas keterusterangan kami ini”, kata suara lembut itu. 


Ternyata sang ibu akan berbicara mewakili puterinya. 


”Tetapi karena Anda berdua yang datang, maka dengan mengharap ridha Alloh Ta'ala, saya menjawab bahwa puteri kami menolak pinangan Salman. Namun apabila Abu Darda’ memiliki urusan yang sama, maka puteri kami telah menyiapkan jawaban mengiyakan”.


Keterus terangan yang di luar perkiraan kedua sahabat tersebut benar-benar mengejutkan. Bahwa ternyata sang puteri lebih tertarik kepada pengantarnya daripada pelamarnya. 

Bayangkan, sebuah perasaan campur aduk, dimana "cinta dan persaudaraan" bergejolak berebut tempat di dalam hati. 


Bayangkan, sebentuk malu yang membuncah dan bertemu dengan gelombang kesadaran. Ya, bagaimanapun Salman memang belum punya hak apapun atas orang yang dicintainya.

Namun mari kita simak apa reaksi Salman, sahabat yang mulia ini.


”Allahu Akbar....!”, seru Salman.


”Semua mahar dan nafkah yang telah kupersiapkan ini, akan aku serahkan kepada saudaraku Abu Darda’, dan aku akan menjadi saksi atas pernikahan kalian...!”


Ma Shaa Alloh...


Betapa indah kebesaran hati Salman Al Farisi. 

Ia begitu paham bahwa cinta, betapapun besarnya, kepada seorang wanita tidaklah serta merta memberinya hak untuk memiliki. 


Sebelum lamaran diterima, sebelum ijab qabul diikrarkan, tidaklah cinta menghalalkan hubungan dua insan. Ia juga sangat faham arti sebuah persahabatan sejati. Apalagi Abu Darda’ telah dipersaudarakan oleh Rasulullah ﷺ dengannya. 


Adapun salah satu alasan mengapa Al Farisi melakukan hal itu adalah, karena dirinya lebih mencintai Alloh Ta'ala, Rasulullah ﷺ, dan saudaranya melebihi cinta kepada dirinya sendiri. 


Sesungguhnya inilah hakikat cinta sesungguhnya. Bukanlah seorang saudara, jika ia tidak turut bergembira atas kebahagiaan saudaranya? Bukanlah saudara, jika ia merasa dengki atas kebahagiaan dan nikmat atas saudaranya?


“Tidaklah seseorang dari kalian sempurna imannya, sampai ia mencintai untuk saudaranya sesuatu yang ia cintai untuk dirinya”.


📖 [HR Bukhari]


Baarakallaahu waiyyakum...

Semoga menjadi renungan bermanfaat dan semoga Alloh Ta'ala senantiasa memberikan kita kekuatan untuk menghadapi, apapun yang menjadi UJIAN-Nya

✨ *آمِيّنْ آمِيّنْ يَا رَبَّ العَـــالَمِيْ*


🌸☕~~~🖋️

Abu Ayyub Al Anshari Ra

 ~~~🖋️﷽

*🍃💞⸽⃟∘̥⃟📚✨ _Kisah Para_*

*_Sahabat Nabi~~~_✨🕊️⸽⃟∘̥⃟*💞🍃

*༺═───────────*───═  ﷽

🌴🌴🌴🌴🌴🌴🌴🌴🌴🌴🌴

_🇮🇩Menuju Indonesia Bertauhid☝🏻_


*_Sahabat Fillah~~~_*




Kalimat "Lapangkanlah jalannya, karena ia terperintah" diucapkan Rasulullah SAW ketika beliau memasuki kotaMadinah dalam perjalanan hijrah beliau. Yang dimaksud "ia" itu adalah unta yang beliau kendarai. Hal ini terjadi karena hampir semua penduduk Madinah berkerumun di sekitar unta Nabi SAW, dan berusaha untuk membawanya ke rumah masing-masing yang pintunya telah dibuka lebar. Walaupun penduduk Madinah tidak semuanya berkelebihan secara ekonomi, tetapi mereka semua sangat ingin menjamu dan menampung Rasulullah di rumah mereka masing-masing.


Karena keadaan yang seperti itu, untuk tidak menyinggung perasaan mereka dan bersikap adil kepada semuanya, maka Nabi SAW melepaskan kendali unta beliau dan membiarkannya berjalan menuju rumah yang dikehendaki Allah.


Untapun berjalan tanpa dikendalikan, orang-orang Anshar yang rumahnya hanya dilewati merasa kecewa, tetapi bagaimana lagi, Allah yang telah mengarahkan jalannya unta tersebut. Dan kemuliaan itu ternyata jatuh pada Khalid bin Zaid bin Kulaib, atau yang lebih dikenal dengan nama Abu Ayyub al Anshari RA. Unta itu menderum, tetapi Nabi SAW belum mau turun, unta berdiri lagi dan berjalan beberapa langkah, kemudian kembali ke tempat semula dan menderum, barulah Nabi SAW turun. Tempat berhentinya unta yang kemudian didirikan di atasnya Masjid an Nabawy, masih termasuk milik kerabat beliau dari pihak ibu, yakni Bani Najjar.


Abu Ayyub menuntun unta Nabi SAW ke rumahnya dan memindahkan barang bawaan beliau ke dalamnya. Rumah Abu Ayyub bertingkat dua, ia telah mengosongkan lantai atas untuk kemungkinan ini. Tetapi Nabi SAW memilih untuk tinggal di lantai bawah, maka Abu Ayyub segera memindahkan barang miliknya ke lantai atas.


Malam harinya, ketika ia dan istrinya naik ke loteng, tiba-tiba ia menjadi pucat, ia berkata kepada istrinya, "Celaka kita, apa yang telah kita lakukan? Pantaskah Rasulullah SAW tinggal di bawah dan kita berada lebih tinggi daripada beliau? Apakah pantas kita berjalan di atas kepala beliau? Apakah kita duduk di antara Nabi SAW dan wahyu? Kalau demikian, sungguh kita akan binasa!!"


Dalam keadaan bingung, takut dan sesal, mereka berdua meringkuk di sudut loteng tanpa bisa tidur, khawatir kalau ternyata berada di atas Nabi SAW. Berjalanpun mereka berjinjit, seolah takut menginjak lantai. Keesokan harinya Abu Ayyub menceritakan apa yang terjadi dan dirasakannya, dan meminta beliau agar bersedia tinggal di atas. Mendengar penuturannya, beliau bersabda, "Kasihan engkau Abu Ayyub, tetapi aku merasa lebih baik di bawah, agar orang banyak yang ingin menemuiku lebih mudah melakukannya."


Abu Ayyubpun mematuhi beliau. Tetapi malam itu berulang lagi, bahkan kali ini karena cuaca dingin, air sempat masuk karena bubungan rumahnya memang agak rusak. Khawatir air akan mengenai Nabi SAW, ia mengelapnya dengan satu-satunya kain untuk alas tidur. Keesokan harinya, ia menghadap Nabi SAW dan memohon dengan sangat agar beliau bersedia pindah ke atas. Nabi SAW akhirnya menyetujui permintaan Abu Ayyub.


Nabi SAW tinggal di rumah Abu Ayyub sekitar tujuh bulan. Setelah masjid selesai dibangun, Nabi SAW dan istri-istri beliau pindah ke kamar-kamar yang dibangun di sekitar masjid.


Abu Ayyub mempunyai kebiasaan untuk menyimpan makanan atau susu yang disiapkan untuk Nabi SAW. Pada suatu ketika Nabi SAW tidak datang sampai agak siang, sehingga Abu Ayyub beranggapan Nabi SAW tidak mampir pada hari itu, dan ia memberikan jatah tersebut pada keluarganya, kemudian ia berangkat ke kebun. Tetapi tak lama kemudian Nabi SAW beserta Abu Bakar dan Umar datang di rumahnya, tetapi hanya menjumpai istrinya.


Ketika mengetahui kehadiran Nabi SAW di rumahnya, Abu Ayyub segera meninggalkan kebunnya, ia sempatkan memetik beberapa tangkai kurma kering, kurma masak dan kurma muda. Ia menyambut kehadiran tamu-tamunya dengan hangat dan menyuguhkan kurma yang dibawanya. Nabi SAW bersabda,"Apa yang engkau maksudkan? Mengapa tidak engkau petik kurma kering saja untuk kami?"


"Wahai Rasulullah," Kata Abu Ayyub, "Aku ingin tuan memakan kurma ini sambil menunggu aku menyembelih seekor kambing untuk tuan."


Abu Ayyub berlalu untuk menyembelih kambing, sebagian dagingnya dipanggang dan sebagian digulai. Ia juga menyuruh istrinya untuk membuat roti. Setelah semua siap, makanan itu dihidangkan kepada Nabi SAW dan dua sahabatnya tersebut. Nabi SAW mengambil satu potong roti dan meletakkan daging kambing di atasnya, dan berkata kepada Abu Ayyub, "Antarkanlah makanan ini kepada Fathimah, karena sudah beberapa hari ia tidak makan makanan seperti ini."


Abu Ayyub berlalu mengantarkan makanan kepada Fathimah seperti yang diperintahkan Nabi SAW. Beliau dan dua sahabatnya, Abu Bakar dan Umar tampak sangat menikmati jamuan yang diberikan Abu Ayyub, bisa jadi telah berhari-hari lamanya tiga orang mulia tersebut tidak menikmati makanan selezat itu. Hal itu sangat menggembirakan hati Abu Ayyub dan istrinya.


Ketika selesai makan dan akan kembali bersama kedua sahabatnya, beliau berpesan agar Abu Ayyub menemui beliau besoknya. Ketika menemui Nabi SAW keesokan harinya, beliau memberikan seorang budak perempuan miliknya kepada Abu Ayyub sambil bersabda, "Hai Abu Ayyub, nasehatilah dia dan perlakukan dia dengan baik, karena selama bersama kami hanya kebaikan saja yang kami dapati dalam dirinya."


Abu Ayyub membawa budak itu pulang, dan sampai di rumah ia berembug dengan istrinya, dan berkata, "Untuk memenuhi wasiat Nabi SAW, tidak ada yang lebih baik bagi budak ini kecuali kebebasannya…"


Iapun memerdekakan budak perempuan pemberian Nabi SAW tersebut.


Seusai perang Hunain, Nabi SAW menyatakan bahwa sepeninggal beliau kelak, orang-orang Anshar akan mengalami perlakuan pilih kasih dari pihak yang berkuasa, dan ini juga dialami oleh Abu Ayyub.


Pada jaman Muawiyah menjabat Amirul Mukminin, ia mempunyai hutang yang cukup besar. Ia menemui Muawiyah mengadukan persoalan hutangnya dengan harapan akan dibantu dalam pelunasannya, tetapi harapannya itu sia-sia saja. Ketika ia menceritakan "ramalan" Nabi SAW seusai Perang Hunain tersebut, Muawiyah justru bertanya, "Apakah yang dinasehatkan Rasulullah SAW kepada kalian?"


"Bersabar!!" Kata Abu Ayyub.


"Kalau begitu, bersabarlah kalian!" Kata Muawiyah.


"Demi Allah!" Kata Abu Ayyub, "Setelah hari ini, aku tidak akan meminta suatu apapun kepadamu selama-lamanya."


Bagaimanapun beban hutang harus diselesaikan, karena itu Abu Ayyub pergi ke Bashrah dengan harapan akan memperoleh jalan keluar dari persoalannya. Ia disambut dengan hangat oleh Abdullah bin Abbas, yang menjabat Amir dan memintanya tinggal di rumahnya. Bahkan ia meminta semua anggota keluarganya meninggalkan rumah tersebut untuk ditempati Abu Ayyub. Ibnu Abbas berkata, "Aku akan berbuat baik kepadamu sebagaimana engkau telah berbuat baik kepada Rasulullah SAW. Aku dan keluargaku pindah dari rumah ini agar engkau bisa menempatinya, sebagaimana engkau dan keluargamu telah mengosongkan rumah untuk bisa ditempati oleh Rasulullah SAW."


Abu Ayyub mendapat perlakuan dan pelayanan yang istimewa dari Ibnu Abbas, haknya dari baitul mal juga dibayarkan oleh Ibnu Abbas, bahkan diberikan lima kali lipat dari seharusnya sehingga Abu Ayyub bisa menyelesaikan persoalan hutangnya, bahkan masih banyak kelebihannya, yang bisa digunakan untuk mencukupi kebutuhannya.


Abu Ayyub tak pernah absen dari berjuang bersama Rasulullah SAW untuk meninggikan dan memenangkan panji-panji Islam, begitu juga ketika beliau telah wafat.


Dalam perang penaklukan Konstantinopel di jaman Muawiyah, ketika itu ia telah berusia sekitar 80 tahun, ia jatuh sakit sebelum pertempuran dimulai. Ketika kondisinya makin kritis menjelang sakaratul maut, ia berkata, "Sampaikan salamku kepada seluruh tentara islam, katakan kepada mereka bahwa Abu Ayyub berwasiat, masuklah kalian sejauh mungkin ke bumi orang-orang kafir, dan kuburkanlah jasadku di sekitar tembok kotaKonstantinopel."


Pasukan muslim ternyata mampu mendesak pasukan musuh hingga terus mundur dan bertahan di kota Konstantinopel, dan di sanalah jasad Abu Ayyub dimakamkan.


Dalam masa-masa akhir hidupnya tersebut, ia juga sempat "mengajarkan" tafsiran yang benar dari Surah al Baqarah 195. Saat dua pasukan telah berhadapan, ada seorang lelaki muhajirin yang maju sendirian menyerbu tentara Romawi sehingga membuka jalan penyerangan. Beberapa tentara muslim berteriak melihat kenekatannya, "Hentikan-hentikan, Laa Ilaha illallah, ia menjatuhkan dirinya dalam kebinasaan..!!"


Mendengar teriakan tersebut, yang seakan-akan menyitir surah al Baqarah 195, Abu Ayyub berkata, "Bukan seperti itu (maksud dari ayat tersebut), ayat tersebut diturunkan untuk kita orang-orang Anshar. Ketika Allah telah menolong NabiNya dan memenangkan Islam dan menjadikannya kuat, kami kaum Anshar berkata, 'Marilah sekarang kita mengurus dan memperbaiki kebun-kebun kita yang telah telantar (karena ditinggal berjihad)'. Maka Allah menurunkan ayat tersebut sebagai celaan akan niat kita tersebut dan meninggalkan jihad."



🌸📚~~~🖋️

KISAH SEORANG PERINDU BAGINDA NABI ﷺ"

 "


Ia adalah org biasa, tak mempunyai banyak ilmu, juga tak memiliki amal ibadah yg istimewa, ia sama seperti kita, ummat Rasulullah yg meski memiliki niat yg kuat untuk beristiqomah dlm meniti jejak Baginda Rasul, tapi apa daya, hawa nafsu dan kelalaian msh sering menjerumuskannya pd lembah lembah dosa..

Ia begitu berharap kelak bisa memandang dari dekat wajah kanjeng nabi, mengecup tangannya, bersimpuh meminta maaf atas dosa dosa yang selama ini ia lakukan. Atas Sunnah dan kewajiban yang selama ini sering ia abaikan..

Setiap malamnya, lelaki itu tak pernah tidur kecuali setelah air matanya mengalir karena rasa rindunya ingin berjumpa dengan Rasulullah.


Hingga suatu malam ia bermimpi... "

 

Dalam mimpi itu, ia merasa seolah berada di Padang Mahsyar, di sana ia melihat kumpulan manusia memenuhi padang mahsyar, mereka saling berdesakan, saling tindih satu sama lain. semuanya terlihat dalam keadaan sangat bingung..

Ketika itu lah tiba tiba barisan para malaikat melintas, lalu lewat pula rombongan Rasulullah ﷺ..

Lelaki itu hanya bisa melihat dari kejauhan dan tidak bisa mendekat kepada Rasulullah karena desakan para malaikat yang menghalangi orang orang untuk bisa mendekat.

Lelaki itu juga tidak bisa mendekat, apalagi berbicara dengan beliau.


Maka ia, dalam mimpi itu, berkata kepada orang yang berada di sebelahnya :

" Jika kelak kamu bertemu dengan Rasulullah maka sampaikan salamku bahwa "aku rindu kepadanya". Dulu di masa hidupku di dunia, aku selalu merindukan Rasulullah

dan jika aku masuk neraka, sampaikan pula kepada Beliau, bahwa aku telah berada di tempat yang layak untukku (neraka), sebagai seorang pendosa"


Tak lama setelah berkata demikian,  Barisan yang melintas tadi tiba tiba berhenti karena Rasulullah berhenti, kemudian beliau berbalik menuju lelaki itu, Rasulullah tersenyum indah lantas berkata:

" Aku tidak akan pernah melupakan orang orang yang merindukanku" ✨


Diceritakan oleh Habib Munzir Al musawwa.


اللهم صل على سيدنا محمد الفاتح لما أغلق والخاتم لماسبق ناصرالحق بالحق والهادي الى صراطك المستقيم وعلى اله حق قادره ومقداره العظيم.


Mudah-mudahan Allah Ta'ala memberikan taufiqnya kepada kita semua sehingga kita bisa Istiqomah bershalawat di setiap tempat hingga setiap tarikan nafas kita, dan kita semua dikumpulkan bersama kekasihnya Rasulullah. 


Shallallahu'Alaihi Wasallam


امين يارب العالمين

• • •


https://t.co/n511ZerDin


#rosul #muhammad #mimpi #habib #munzir #Tarim #Hadramaut #Yaman

FAKTA MENGEJUTKAN SAAT PERISTIWA MAUT BALIKPAPAN

https://www.facebook.com/groups/367922960894854/permalink/667047087649105/

Bismillah 
.
👉 *VALID) * ..
.
MasyaAllah tabarakalah dasyatnya sedekah..
.
Barakallahu fiiykum Ibu Siti Marwiyah & Bapak Bowo 🙏🏻
Hasbunallah Wa Ni'mal Wakiil, Ni'mal Mawla Wa Ni'man Nashiir. Laa Hawlaa Wa Laa Quwwata Illa Billahil Aliyyin Adziim. Untuk kesekian kalinya Allah menunjukkan kuasanya bagi orang-orang yang gemar berbagi pada sesama. Insya Allah info ini valid langsung dari rekan kerja saya di BWA (Badan Wakaf Al-Qur'an). Musibah yang menimpa saudara kita di balikpapan berupa kecelakaan sebuah truk kontainer bemuatan 20 ton batu kapur yang menghantam beberapa kendaraan roda empat dan dua, Jumat, 21 Januari 2022. 

Kecelakaan yang terjadi pada pukul 06.19 WITA ini menyisakan kedukaan yang mendalam bagi kaum muslimin khususnya keluarga korban. Pasalnya ada 36 korban luka ringan hingga berat dan 4 org diantaranya meninggal dunia. Ada hikmah dari musibah ini, sebagai pengingat kita semua. Sepupu dari istri rekan saya rupanya menjadi salah satu korban dari 43 orang yang saya sebutkan tadi. Siti Marwiyah dan suaminya Bowo, pagi itu seperti biasa mereka selalu pergi ke toko kue untuk membeli beberapa kue yang akan dibagikan gratis.

Hal ini rutin setiap Jum'at mereka lakukan. Karena lampu lalu lintas merah "Saya dan mas Bowo berhenti paling depan lampu merah sebelah kiri barisan motor" sambung Wanita berumur 50 tahun itu. Kita sama-sama bisa melihat di video yang beredar bahwa kemungkinan selamat dari kecelakaan itu sangatlah kecil, namun Allah memiliki kehendak lain untuk Siti Marwiyah dan Bowo, Allah menyelamatkan mereka dari maut dengan luka ringan berupa gesekan pecahan kaca yang menyayat sedikit di telapak tangannya.

 "Alhamdulillah kak, orang-orang yg mau nolong aja bingung kita berdua gak apa-apa, orang-orang kanan kiri belakang pada luka-luka gak karuan kak, ada yg patah kakinya, sobek kakinya macam-macam sudah gak tau lagi karena kejadiannya cepat betul" tutur Marwiyah. Tidak hanya itu, kue beserta bungkusnya yang dibeli Marwiyah masih utuh dan tidak rusak sama sekali. Seakan Allah tahu bahwa di kue itu ada rizki yang harus diberikan ke orang yang membutuhkan melalui tangan Marwiyah.

*prayforbalikpapan*
Baarakallah fiikum

Silahkan gabung grup fb 👇👇👇

Syiar Manhaj Salaf
https://www.facebook.com/groups/125254949625720/?ref=share

Syiar Ustadz Khalid Basalamah
https://www.facebook.com/groups/267303332107731/?ref=share

KRONOLOGI PEMBUNUHAN HABIL

  Part 1 Awal munculnya kedengkian Setelah pasangan Nabi Adam ‘alaihissalam dan Hawa turun ke bumi, Allah Subhanahu wa Ta’ala mengaruniak...