Selasa, 27 Juni 2023

CERITA  MOTIVASI: ORANG CERDAS

 


 بِسْـــــــــــــــــــــمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيم


Suatu Hari Seorang musafir lewat di suatu kampung, ia melihat penduduk kampung lagi berkumpul ramai sekali.


Mereka sepertinya lagi mengadakan musyawarah besar.


Setelah mencari tahu, ternyata penduduk kampung itu lagi membicarakan siapa yang Bersedia mau menjadi ketua kampung.


Ia menjadi heran, kenapa orang-orang ini justru mencari siapa yang mau menjadi pemimpin, karena menurut kebiasaan, orang malah rebutan untuk jadi pemimpin.


Rupanya ada suatu tradisi aneh di kampung itu. Setiap seorang pemimpin Yang Telah selesai menjalankan tugas, ia akan dibuang ke suatu tempat yang sangat berbahaya.


Di padang pasir yang dipenuhi binatang buas dan berbisa.

Setiap orang yang masuk ke sana mustahil bisa keluar lagi dengan selamat.


Setelah berpikir sejenak ia menawarkan diri untuk jadi pemimpin di kampung itu.


Tentu saja penduduk kampung menjadi heran sekaligus senang. Dengan penuh yakin ia menanda tangani perjanjian untuk menjadi pemimpin dan siap dibuang setelah 10 tahun menjalankan tugas.


Namun musafir ini ternyata seorang yang sangat cerdas.


Pantas sekali ia berani menawarkan diri jadi pemimpin negeri itu.


Di tahun pertama dan kedua ia mengumpulkan dana yang sangat besar.


Pada tahun ketiga,

ia menugaskan orang untuk membuat jalan ke padang pasir tempat yang akan dijadikan tempat pembuangannya.


Tahun keempat ,

ia membersihkan tempat itu dari binatang buas dan berbisa.


Tahun kelima,

ia memerintahkan orang untuk mengalirkan air dan menanaminya dengan berbagai macam tumbuh-tumbuhan.


Tahun keenam sampai kedelapan,

ia menyulap daerah itu menjadi kota yang sangat megah dan membuat istana yang indah untuk tempat ia ketika dibuang nanti.


Akhirnya pada tahun kesembilan.ia justru merindukan jabatannya segera berakhir, karena ia tidak sabaran lagi untuk menempati rumah masa depannya.


*Itulah gambaran dunia dan akhirat bagi orang yang sadar.*


Ada orang yang merasa cemas akan kematian karena ia membiarkan rumah masa depannya dipenuhi binatang buas dan berbisa. 

Rumahnya hancur berantakan, bahkan dipenuhi api.


Tapi bila kita persiapkan dengan segala amal shaleh, justru akan membuat kerinduan untuk segera menuju ke sana.


Ia malah merasa asing dan tidak betah di dunia yang fana ini, karena berharap segera menempati kampung nan indah di seberang sana.


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

Yang paling banyak mengingat kematian dan yang paling baik dalam mempersiapkan diri untuk alam berikutnya, itulah mereka yang paling cerdas.” 

(HR. Ibnu Majah no. 4259)


Orang yang cerdas adalah orang yang mempersiapkan diri untuk kehidupan akherat yang tiada berakhir.


Dan orang yang teramat bodoh adalah orang yang mengorbankan kehidupan yang abadi demi kesenangan di dunia yang hanya sekejap.


Jadilah orang yang cerdas!

Manfaatkan hari ini untuk menyiapkan sesuatu yang lebih baik buat di sana.


Semoga kita bisa menjadi musafir yang cerdas itu.


۞ اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ ْعَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ‎ وَعَلَى الِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ ﷺ ۞

𝒜𝓁𝓁𝒶𝒽𝓊𝓂𝓂𝒶 𝒮𝒽ℴ𝓁𝓁𝒾 𝒶𝓁𝒶𝒶 𝒮𝒶𝓎𝓎𝒾𝒹𝒾𝓃𝒶 ℳ𝓊𝒽𝒶𝓂𝓂𝒶𝒹

Minggu, 04 Juni 2023

KENANGAN DARI MANTAN REKTOR ITS"*

 *"


*SEORANG SARJANA S3,* SUDAH JADI *DOKTOR* ATAU *PROFESOR,* DIA RELA *MENINGGALKAN PEKERJAAN DUNIANYA,* HANYA DEMI *MONDOK* UNTUK *MEPELAJARI AL-QUR'AN* DAN *MENGHAFALKAN AL-QUR'AN 30 JUZ*


PADAHAL *GAJI NYA BESAR*


DAN *UMURNYA JUGA SUDAH LUMAYAN TUA,* TAPI MASIH *MAU BELAJAR* MENDALAMI *AL-QUR'AN*


BELIAU MEMILIH *UNTUK MONDOK BELAJAR AL-QUR'AN* SEBAGAI *PERSIAPAN MENGHADAP ALLAH* NANTI


*Tulisan Rektor ITS,* Prof Joni Hermana *di wall FB nya*


Coba simak *kutipan inspiratif di bawah ini* yang menggugah...


*Dulu di kala aku kecil*, aku selalu mendapat *peringkat 1* baik di tingkat *SD, SMP,* maupun *SMA...*


*Semua merasa senang*, ibu dan ayah pun *selalu memelukku dengan bangga*. Keluarga sangat senang *melihat anaknya pintar dan berprestasi*.


Aku masuk *perguruan tinggi ternama pun*, tanpa *embel-embel test.*


*Orang tua dan teman-teman lku* merasa *bangga terhadap diriku*.


Tatkala aku kuliah *IPK ku selalu 4 dan lulus dengan predikat cum laude*.


*Semua bahagia*, para Rektor menyalami ku dan *merasa bangga memiliki mahasiswa* seperti diriku, *jangan ditanya tentang orang tuaku,* tentunya mereka *orang yang paling bangga,* bangga *melihat anaknya lulus* dengan predikat *cum laude*. Teman-teman seperjuangan ku pun *gembira*. Semua wajah *memancarkan kebahagiaan*.


*Lulus dari perguruan tinggi* aku bekerja di sebuah perusahaan *Bonafit.* Karirku *sangat melejit dan gajiku sangat besar*.


*Semua pun merasa bangga dengan diriku,* semua rekan bisnisku *selalu menjabat tanganku,* semua hormat dan *mnghargai diriku*, teman-teman lama pun *selalu menyebut namaku* sebagai sslah satu orang *sukses.* 


*Namun ada sesuatu* yang *tak pernah kudapatkan* dalam perjalanan hidup ku *selama ini*. 

*Hatiku selalu kosong dan risau.* Perasaan sepi *selalu memghantui hari-hariku*. 

Ya.. *aku terlalu mengejar duniaku dan mengabaikan akhiratku...* 

*Aku sedih...........*


*Ketika aku berikrar* untuk berjuang bersama *barisan Pembela Rasulullah SAW. dan kubuang segala title keduniaanku* kutinggalkan duniaku *untuk mengejar akhirat dan ridha-Nya.*

Seketika itu pula *dunia terasa berbalik.*

*Yaa...Dunia seperti berbalik.* Ku putuskan *untuk merantau dan memilih mempelajari ilmu Al-Qur'an dan hadist dan kuhafalkan Al-Qur'an 30 juz*.


*Semua orang mencemooh dan memaki diriku*. 

*Tak ada lagi pujian,* senyum kebanggaan, *peluk hangat dll.* Yang ada hanyalah *cacian...*


Terkadang orang memaki diriku, *buat apa sekolah tinggi-tinggi* kalau akhirnya *masuk pesantren* dia itu *orang bodoh...* 

Udah *punya pekerjaan enak* ditinggalin...


*Berbagai caci dan maki tertuju pada diriku,* bahkan dari keluarga *yangg tak jarang membuat diriku sedih...* 😪


"Apa ada *lulusan perguruan tinggi terkenal* masuk *pondok tahfidz...?* Ga sayang apa *udah dapst kerja enak*, mau makan apa dan *dari mana lagi...?*

Kata mereka... 



https://images.app.goo.gl/UPmct5TsFGGDqD9E6


Ya..., *pertanyaan-pertanyaan itu terus menyerang dan menyudutkan diriku.*


*Hingga suatu ketika*


Ketika fajar mulai menyingsing *ku ajak ibu untuk shalat berjamaah di masjid*, masjid tempat *dimana aku biasa menjadi imam.*


*Ini adalah shalat shubuh yang akan selalu ku kenang*. 


*Ku angkat tangan* seraya mengucapkan takbir. *Allaaahuu akbaar...*_

*ku agungkan Allah* dengan seagung-agungnya.


*Ku baca doa iftitah* dalam hati ku, *berdesir hati ini rasanya...* 


Kulanjutkan membaca...


*Al-Fatihah* 

*Bismillahirrahmaanirrahiiim*, (sampai disini hati ku bergetar), ku sebut *nama-Nya yang maha pengasih* dan maha penyayang...


*Alhamdulillahirabbil alamiin*...

Ku panjatkan *puji-pujian untuk Rabb semesta alam..*


Kulanjutkan bacaan lamat-lamat, *ku hayati surah Al-Fatihah* dengan seindah-indahnya taddabur, *tanpa terasa air mata jatuh* membasahi wajahku...


*Berat lidah ku* untuk melanjutkan ayat, *Arrahmaanirrahiim*, 

ku lanjutkan ayat *dengan nada yang mulai bergetar....*


*Malikiyaumiddin*, kali ini *aku sudah tak kuasa* menahan tangisku. 


*Iyyaka na'budu wa iyyaka nastaiin*, "yaa Allah *hanya kepada-Mu lah* kami menyembah dan *hanya kepada-Mu lah* kami meminta pertolongan."


*Hati ku terasa tercabik²,* sering kali diri ini *menuntut kepada Allah untuk memenuhi kebutuhanku,* tapi aku *lalai melaksanakan kewajibanku* kepada-Mu... 


Sampai lah aku *pada akhir ayat* dalam surah Al-Fatihah. *Ku seka air mata dan ku tenangkan sejenak diriku.*


Selanjutnya aku putuskan untuk membaca *Surah _Abasa_. Ku hanyut  dalam bacaan ku,* terasa syahdu, *hingga terdengar isak tangis jamaah* sesekali. *Bacaan terus mengalun,* hingga sampai lah *pada ayat 34.* Tangisku memecah *sejadi-jadinya*.


*Yauma yafirrul mar'u min akhii, wa ummihii wa abiih, wa shaahibatihi wa baniih, likullimriim minhum yauma idzin sya'nuy yughniih...*


*Tangisku pun memecah,* tak mampu *ku lanjutkan ayat tersebut,* tubuhku terasa lemas...


*Setelah shalat shubuh selesai,* dalam perjalanan pulang, *ibu bertanya*:  "mengapa kamu menangis *saat membaca ayat tadi,* apa artinya...?"


*Aku hentikan langkahku dan aku jelaskan pada ibu*. Kutatap wajahnya *dalam-dalam dan aku berkata*: 


*Wahai ibu...*

Ayat itu *mnjelaskan tentang huru hara padang mahsyar* saat kiamat nanti, *semua akan lari meninggalkan saudaranya...*


*Ibunya...*

Bapaknya...

*Istri dan anak-anaknya..*


*Semuanya sibuk dengan urusannya masing-masing.*


*Bila kita kaya* orang akan memuji *dengan sebutan* orang yang *berjaya...*,


*Namun ketika kiamat terjadi* apalah gunanya *segala puji-pujian manusia itu...*


*Semua akan meninggalkan kita*. Bahkan ibupun *akan meninggalkan aku...* 


*Ibu pun meneteskan air mata*, ku seka *air matanya...*


Ku lanjutkan, *Aku pun takut bu* bila di Mahsyar *bekal yang ku bawa sedikit..*


*Pujian orang* yang ramai selama bertahun-tahun pun *kini tak berguna lagi...*


Lalu *kenapa orang beramai-ramai menginginkan pujian dan takut mendapat celaan.* Apakah mereka tak menghiraukan *kehidupan akhiratnya kelak...?*


*Ibu kembali memelukku dan tersenyum.*

Ibu mengatakan, *betapa bahagianya* punya anak *seperti dirimu...*


*Baru kali ini aku merasa bahagia*, karena *ibuku bangga terhadap diriku...*


*Berbagai pencapaian* yang aku dapat dulu, *walaupun ibu sama memeluk ku* namun *baru kali ini* pelukan itu *sangat membekas dalam jiwaku.*


Wahai manusia *sebenarnya apa yang kalian kejar..?*


Dan *apa pula yang mngejar kalian..?*


*Bukankah maut* semakin hari *semakin mendekat...?*


*Dunia yang menipu* jangan sampai *menipu* dan membuat diri *lupa pada negeri akhirat kelak...*


Wahai saudara-saudaraku, *apakah kalian sadar nafas kalian* hanya *beberapa saat lagi...?*


*Sebelum lubang kubur* kalian akan *digali..*


*Apa yang aku dan kalian banggakan* di hadapan *Allah dan Rasul-Nya kelak...?*


*Wallahu a'lam...*


Catatan :

*Jika antum mau share* niatkanlah dengan baik *mudah-mudahan bisa jadi obat* bagi masalah Anda dan *kita semua.....*

Aamiin 3x Yaa Robbal 'aalamiin..


*Sobat sekarang anda memiliki dua pilihan* ,

1. Membiarkan *sedikit pengetahuan ini* hanya dibaca di sini

2. *Membagikan pengetahuan ini* in syaa Allah *bermanfaat* dan *akan menjadi pahala bagimu Aamiin...*


*Boleh di SHARE* sebanyak mungkin... 🙏


*Prof  Dr Ir Joni Hermana* adalah *alumni ITB* ( TL'80 )

Sabtu, 03 Juni 2023

KISAH NYATA SEORANG DOKTER SETELAH IKTIKAF DI MESJID 3 HARI*

 *COPAS*


📜  *


KISAH NYATA yg inspiratif di Bandung .


Sejak pulang dari itikaf di masjid selama tiga  hari bersama jamaah dakwah, dokter Agus menjadi pribadi yang berbeda. Sedikit-sedikit bicaranya Allah, sedikit-sedikit bicaranya Rasulullah.


Cara makan dan cara tidurnya pun berbeda, katanya itulah cara tidur Nabi shallallahu 'alaihi wasallam.


Rupanya, pengalaman itikaf dan belajar di masjid betul-betul berkesan baginya. Ada semangat baru.


Namun beliau juga jadi lebih banyak merenung. Dia selalu teringat-ingat dengan kalimat yang dibicarakan amir jamaah. 


“Obat tidak dapat menyembuhkan, yang menyembuhkan adalah Allah.


Obat bisa menyembuhkan berhajat kepada Allah, karena sunnatullah. 


Sedang Allah menyembuhkan, tidak berhajat melalui obat. 


Allah bisa menyembuhkan dengan obat atau bahkan tanpa obat.


Yang menyembuhkan bukanlah obat, yang menyembuhkan adalah Allah.”


Dia-pun merenung, bukan hanya obat, bahkan dokter pun tidak punya upaya untuk memberi kesembuhan. Yang memberi kesembuhan adalah Allah. 


Sejak itu, sebelum memeriksa pasiennya, ia selalu bertanya.


“Bapak sebelum ke sini sudah izin dulu kepada Allah?” atau “Sudah berdoa meminta kesembuhan kepada Allah?” atau “Sudah lapor dulu kepada Allah?"


Jika dijawab belum (kebanyakan memang belum), beliau meminta pasien tersebut mengambil air wudhu, dan shalat dua rakaat di tempat yang telah disediakan


Jika memberikan obat, beliau pun berpesan dengan kalimat yang sama. “Obat tidak bisa menyembuhkan, yang menyembuhkan adalah Allah. Namun berobat adalah sunnah dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan sebagai ikhtiar dan sunnatullah, agar Allah mau menyembuhkan”.


Ajaib! banyak pasien yang sembuh.


Jika diperiksa dengan ilmu medis, peluang sehatnya hampir tidak ada, ketika diberikan terapi “Yakin” yang diberikan beliau, menjadi sehat.


Pernah ada pasien yang mengeluh sakit, beliau minta agar orang tsb. untuk shalat dua rakaat (minta ampun dan minta kesembuhan kepada Allah), ketika selesai shalat pasien tersebut langsung merasa sehat dan tidak jadi berobat. 


Rudi, Asistennya bertanya, kenapa dia langsung sembuh? 

Dr. Agus katakan, bisa jadi sumber sakitnya ada di hati, hati yang gersang karena jauh dari Allah. 


Efek lain adalah pasiennya pulang dalam keadaan senang dan gembira. Karena tidak hanya fisiknya yang diobati, namun batinnya pun terobati. 


Hati yang sehat, membuat fisik yang kuat. Dan sebaik-baik obat hati adalah Dzikir, Al-Quran, Wudhu, Shalat, Do'a dan tawakal pada Allah.


Pernah ada pasien yang jantungnya bermasalah dan harus dioperasi. 


Selain “Yakin”, beliau juga mengajarkan terapi cara hidup Rasulullah. Pasien tersebut diminta mengamalkan satu sunnah saja, yaitu sunnah tidur. Sebelum tidur berwudhu, kalau bisa shalat dua rakaat, berdoa, berdzikir, menutup aurat, posisi kanan adalah kiblat, dan tubuh miring ke kanan.


Seminggu kemudian, pasien tersebut diperiksa. Alhamdulillah, tidak perlu dilakukan operasi. Allah telah memberi kesembuhan atasnya.


Ada juga pasien yang ginjalnya bermasalah. Beliau minta agar pasien tersebut mengamalkan sunnah makan dan sunnah di dalam WC. Makan dengan duduk sunnah sehingga posisi tubuh otomatis membagi perut menjadi 3 (udara, makanan, dan air). Kemudian buang air kecil dengan cara duduk sunnah, menguras habis-habis kencing yang tersisa dengan berdehem 3 kali, mengurut, dan membasuhnya dengan bersih. 


Seminggu kemudian, saat diperiksa ternyata Allah berikan kesembuhan kepada orang tersebut.


Rudi pernah sedikit protes. Sejak melibatkan Allah, pasiennya jadi jarang bolak-balik dan berisiko mengurangi pendapatan beliau.

Namun Dr. Agus katakan bahwa rezeki adalah urusan Allah. Dan beliau jawab dengan kalimat yang sama dengan redaksi yang berbeda, bahwa “Sakitnya pasien tidak dapat mendatangkan rezeki, yang memberi rezeki adalah Allah. Allah juga bisa mendatangkan rezeki tanpa melalui sakitnya pasien”.


Enam bulan berikutnya seorang pasien yang pernah sembuh karena diminta shalat oleh beliau, datang ke klinik, mengucapkan terima kasih, dan berniat mengajak dokter serta asistennya umroh bulan depan. 


Dr. Agus kemudian memanggil Rudi ke dalam ruangan. Sebenarnya beliau tahu bahwa Rudi ingin:  sekali berangkat umrah. Namun kali ini beliau ingin bertanya langsung dengannya.


“Rudi, bapak ini mengajak kita untuk umrah bulan depan, kamu bersedia?”


Rudi tidak menjawab, namun matanya berbinar, air matanya tampak mau jatuh.

“Sebelum menjawab, saya izin shalat dulu pak,” ucapnya lirih. Ia shalat lama sekali, sepertinya ini shalat dia yang paling khusyu'.


Pelan, terdengar dia terisak-isak menangis dalam doanya.


Demikian mudah-mudahan kisah yang di bagikan membawa banyak manfaat,..... kisah nyata........... 

           

📡 Raih amal shalih  dengan menyebarkan, semoga bermanfaat.

Jazakumullahu khoiron.


💜

KRONOLOGI PEMBUNUHAN HABIL

  Part 1 Awal munculnya kedengkian Setelah pasangan Nabi Adam ‘alaihissalam dan Hawa turun ke bumi, Allah Subhanahu wa Ta’ala mengaruniak...