Langsung ke konten utama

OK KISAH ANAK KECIL   (Yang Menumbangkan  Ulama Sombong dan Tersesat)

https://www.facebook.com/100070139460498/posts/235650845449563/ 

Assalamualaikum Warohmatullohi Wabarokatuh 




Di masa Imam Abu Hanifah masih kecil, sekitar umur 7 tahun, terdapatlah seorang ulama yang yang memiliki ilmu luas dan tiada bandingannya pada waktu itu namanya Dahriyyah.


Seluruh ulama pada waktu itu tak mampu menandinginya disaat berdebat, terutama dalam bab tauhid, oleh karena dialah yang merasa pintar, 


maka muncullah sifat kesombongannya bahkan na’udzubillah akhirnya ia berani mengatakan bahwa ALLAH itu tidak ada, sayangnya para ulamapun tak mampu mengalahkan dia dalam berdebat,


lalu pada suatu pagi dikumpulkanlah para ulama disuatu majlis milik Syaikh Himad guru Imam Abu Hanifah, dan hari itu Abu Hanifah yang masih kecil hadir dimajlis itu. 

Maka Dahriyyah naik kemimbar dan berkata dengan sombongnya.


Dahriyah : 

Siapakah diantara kalian hai para ulama yang akan sanggup menjawab pertanyaanku?


Sejenak suasana hening, para ulama semua diam, namun tiba-tiba berdirilah Abu Hanifah dan berkata,


Abu Hanifah : 

Omongan apa ini ? maka barang siapa tahu pasti ia akan menjawab pertanyaanmu.


Dahriyyah : 

Siapa kamu hai anak ingusan, berani kamu bicara denganku, tidakkah kamu tahu, bahwa banyak yang berumur tua, bersorban besar, para pejabat, para pemilik jubah kebesaran mereka semua kalah dan diam dari pertanyaanku, kamu masih ingusan dan kecil badan berani menantangku!


Abu Hanifah : 

ALLAH tidak menyimpan kemuliaan dan keagungan kepada pemilik sorban yang besar dan para pejabat, dan para pembesar, tetapi kemuliaan hanya diberikan kepada Al Ulama.


Dahriyah :

 Apakah kamu akan menjawab pertanyanku?


Abu Hanifah : 

Ya aku akan menjawab pertanyaanmu dengan taufiq ALLAH.


Dahriyyah : 

Apakah ALLAH itu ada?


Abu Hanifah : 

Ya ada.


Dahriyyah : 

Dimana Dia?


Abu Hanifah : 

Dia, tiada tempat bagi Dia.


Dahriyyah :

 Bagaimana bisa disebut ada bila Dia tak punya tempat?


Abu Hanifah : 

Dalilnya ada dibadan kamu yaitu ruh, saya tanya, kalau kamu yakin ruh itu ada, maka dimana tempatnya? Dikepalamu, diperutmu atau dikakimu?


Dahriah diam seribu bahasa dengan muka malu.


 Lalu Abu Hanifah minta air susu pada gurunya Syaikh Himad, dan ia bertanya pada Dahriyyah.


Abu Hanifah : 

Apakah kamu yakin didalam susu ini ada manis?


Dahriyyah : 

Ya saya yakin disusu itu ada manis.


Abu Hanifah : 

Kalau kamu yakin ada manisnya, saya tanya apakah manisnya ada di bawah, atau ditengah, atau di atas?


lagi lagi Dahriyyah diam dengan rasa malu,


 lalu Abu Hanifah menjelaskan : 

seperti ruh atau manis yang tidak memiliki tempat, maka seperti itu pula tidak akan ditemukan bagi ALLAH tempat di alam ini baik di arsy atau dunia ini. 


Lalu Dahriyyah bertanya lagi.


Dahriyyah : 

Sebelum ALLAH itu apa dan setelah ALLAH itu apa?


Abu Hanifah : 

Tidak ada apa-apa sebelum ALLAH dan sesudahnya tidak ada apa-apa.


Dahriyyah : 

Bagaimana bisa dijelaskan bila sebelum dan sesudahnya tak ada apa-apa?


Abu Hanifah : 

Dalilnya ada di jari tangan kamu, apakah sebelum jempol dan apakah setelah kelingking? Dan apakah kamu akan bisa menerangkan jempol duluan atau kelingking duluan?


 Demikianlah sifat ALLAH. Ada sebelum semuanya ada dan tetap ada bila semua tiada. Itulah makna kalimat Ada bagi hak ALLOH.


Lagi-lagi Dahriyyah dipermalukan, lalu ia berkata,


Dahriyyah : 

Satu lagi pertanyaanku yaitu, apa perbuatan ALLAH sekarang ini?


Abu Hanifah : 

Kamu telah membalikan fakta, seharusnya yang bertanya itu di bawah mimbar dan yang di tanya di atas mimbar. 

Akhirnya Dahriyyah turun dari mimbar dan Abu Hanifah naik ke atas mimbar.


Dahriyyah : 

Apa perbuatan ALLAH sekarang?


Abu Hanifah : 

Perbuatan ALLAH sekarang adalah menjatuhkan orang yang tersesat seperti kamu kebawah jurang neraka dan menaikan yang benar seperti aku keatas mimbar keagungan.


Maha suci ALLOH yang telah menyelamatka Aqidah ahli sunnah wal jamaah melalui anak kecil.


Sumber : 📖

 Kitab Fathul Majid karya Syeikh Muhammad Nawawi bin Umar Al Banteniy Al Jawi Asy Syafi’i.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah Orang Kaya Naik Haji yang Menitipkan Uang

Di kitab irsyadul ibad Novi Amanah 19 Juli 2018 AsSAJIDIN.COM   — “Ada Setelah selesai melaksanakan hajinya, orang kaya itu mendatangi rumah orang yang diberi amanah menyimpan uangnya tsb. Sesampainya di rumah orang itu, ternyata orang tersebut telah wafat.   Orang kaya itupun bertanya kepada ahli warisnya. Namun tidak satupun diantara ahli warisnya mengetahui perihal uang titipan tersebut. Orang kaya itupun kebingungan dan bertanya-tanya dalam hatinya, di manakah uang yang disimpan oleh orang yang diberi amanat tersebut?   Orang kaya itupun mendatangi seorang alim di kota Mekkah, lalu menceritakan tentang uangnya tersebut.   Orang alim itu berkata : “Di sepertiga malam akhir nanti, pergilah kamu ke Sumur Zam-Zam, panggillah nama temanmu yang kau titipi uang itu, dibibir sumur. Jika temanmu adalah orang yang baik , dan termasuk seorang ahli Surga, maka dia pasti akan menjawab panggilanmu, lalu tanyakanlah kepadanya, dimanakah ia menyimpan uangmu”.   Pada akhir malam, orang kaya itupun

GARAM DAN TELAGA* 

Suatu ketika, hiduplah seorang tua yang bijak. Pada suatu pagi, datanglah seorang anak muda yang sedang dirundung banyak masalah. Langkahnya gontai dan air muka yang ruwet. Tamu itu, memang tampak seperti orang yang tak bahagia. Tanpa membuang waktu, orang itu menceritakan semua masalahnya. Pak Tua yang bijak, hanya mendengarkannya dengan seksama. Ia lalu mengambil segenggam garam, dan meminta tamunya untuk mengambil segelas air. Ditaburkannya garam itu kedalam gelas, lalu diaduknya perlahan. “Coba, minum ini, dan katakan bagaimana rasanya..”, ujar Pak tua itu. “Pahit. Pahit sekali”, jawab sang tamu, sambil meludah kesamping. Pak Tua itu, sedikit tersenyum. Ia, lalu mengajak tamunya ini, untuk berjalan ke tepi telaga di dalam hutan dekat tempat tinggalnya. Kedua orang itu berjalan berdampingan, dan akhirnya sampailah mereka ke tepi telaga yang tenang itu. Pak Tua itu, lalu kembali menaburkan segenggam garam, ke dalam telaga itu. Dengan sepotong kayu, dibuatnya gelombang mengaduk-aduk d

Dialog Waliyullah dengan virus wabah penyakit

Suatu saat datang segerombolan jundullah dari wabah penyakit ganas yakni Wabah Tho'un yang hendak masuk ke kota Damasykus Syiria. Di tengah jalan mereka bertemu dengan salah seorang waliyullah. Maka terjadilah percakapan singkat antara keduanya. "Mau kemana Kalian....?" Tanya wali tersebut.......!!!!! "Kami diperintah oleh Allah Swt untuk memasuki kota Damasykus". Jawabnya.......!!!! "Seberapa Lama kamu akan tinggal di sana..? Dan kira- kira akan makan seberapa banyak Korban?. Tanya si-wali itu kembali. "Dua tahun lamanya dan menelan sekitar seribu korban meninggal dunia". Jawabnya dengan jelas. Selang dua tahun kemudian, Sang Wali tersebut bertemu kembali dengan segerombolan wabah penyakit ganas tersebut. Seraya berkata : "Mengapa dalam waktu dua tahun kalian memakan korban begitu banyak hingga lima puluh ribu orang....? Bukankah kalian dulu janji korbanya hanya seribu orang meninggal dunia....? " Subanallah sangat