Kamis, 13 Mei 2021

SEJARAH SANG GENGHIS KHAN, SEBUAH PELAJARAN UNTUK UMMAT ISLAM

 

Oleh : Ustadz Fahmi Salim


Ketika umat Islam diserang tentara Tartar, hampir seluruh wilayah Islam berhasil dijajah. Di antara yang terawal adalah wilayah Khurasan yang bertetangga dengan Mongol.


Pada mulanya, di Khurasan, Tartar tidak berdaya menembus pertahanan umat Islam di kota Bukhara. Lalu pemimpinnya, Genghis Khan menulis surat kepada umat Islam :


"Barang siapa yang menyerahkan senjata dan berada di sisi tentara Tartar, akan selamat. Tapi barang siapa yang enggan, mereka akan kami buat menyesal."


Surat tersebut menyebabkan umat Islam yang sedang terancam itu terpecah menjadi dua kubu.


Kubu pertama menolak dengan keras tawaran Genghis Khan dan berkata :


"Seandainya mereka mampu memerangi kita, tidak mungkin mereka memberi penawaran seperti ini. Ini menandakan peluang kita cerah. Teruskan perjuangan, pasti kita akan beroleh salah satu di antara dua kebaikan : menang atau syahid penuh bahagia !"


Namun kubu kedua cenderung menerima tawaran tersebut. Mereka berkata :


"Menghadapi Tartar sama saja bunuh diri massal ! Tidakkah kalian lihat jumlah mereka dan kelengkapan senjata mereka ?"


Sang Genghis Khan terus memantau dan mengambil peluang dari pertentangan di tubuh umat Islam itu. Dia mengirim surat berikutnya, khusus kepada kubu kedua yang gamang dan kompromis. Dalam surat tersebut, Genghis Khan berjanji akan memberikan tampuk kekuasaan Bukhara kepada kubu kedua dengan syarat : Mereka menumpas kubu pertama yang (dicapnya) ekstrim, radikal dan fanatik.


Tawaran itu menyebabkan pihak kedua berbinar-binar. Mereka menyambutnya tanpa rasa bersalah sama sekali. Mereka bersedia memerangi saudara sendiri untuk Tartar !


Baku bunuh sesama muslim pun terjadi. Akhirnya, tumpaslah kubu yang teguh berjihad mempertahankan tanah air itu di tangan saudara²nya sendiri yang menjual Islam demi dunia.


Apa yang menyedihkan ? Apa lacur ? Pihak yang menerima tawaran Tartar itu tidak diberi hadiah yang dijanjikan. Bahkan, senjata mereka dirampas, mereka ditangkap dan disembelih tanpa seorang pun tersisa.


Genghis Khan memberi sambutan yang sangat masyhur menjelang penyembelihan terhadap umat Islam yang mengkhianati saudara²nya itu.


"Mereka sanggup memerangi saudara²nya sendiri demi kita, padahal kita hanyalah orang asing bagi mereka ! Orang² yang semacam ini mustahil kita beri kepercayaan."

_____________


"Barang siapa yang tidak belajar dari sejarah, maka sejarah akan mengajarkannya kembali."

#Munafiqun

Rabu, 12 Mei 2021

SANG JENDERAL & AL-QUR'AN*

 *Seri Pencerahan Nurani:                       


Suatu sore, thn 1525 di sebuah Penjara di Andalusya Spanyol, suasana di situ terasa hening mencengkam. 


*Jendral Adolfo Roberto,* pemimpin penjara yg terkenal bengis, tengah memeriksa setiap kamar tahanan.


Setiap sipir penjara membungkukkan badannya serendah mungkin ketika 'Algojo Penjara' itu berlalu di hadapan mereka.


Karena kalau tidak, sepatu 'Jungle' milik tuan Roberto itu akan mendarat di wajah mereka.


Roberto marah besar ketika dari sebuah kamar tahanan terdengar suara seseorang membaca Ayat2 Suci Alqur'an yang amat ia benci. 


_"Hai ... hentikan suara jelekmu ! Hentikan ...!!!"_ Teriak Roberto sekeras-kerasnya sembari membelalakkan mata.


Namun apa yang terjadi ?

Lelaki di kamar tahanan tadi tetap saja membaca & bersenandung dengan khusyu'nya


Roberto bertambah berang.


Algojo penjara itu menghampiri kamar tahanan yg sempit.


Dgn congak ia meludahi wajah renta sang tahanan yg keriput hanya tinggal tulang.


Tak puas sampai di situ, ia lalu menyulut wajah dan seluruh badan orang tua renta itu dgn rokoknya yg menyala.


Sungguh ajaib ...! tak terdengar secuil pun keluh kesakitan. 


Bibir yg pucat kering milik sang tahanan amat gengsi untuk meneriakkan kata kepatuhan kepada sang Algojo. 


Bibir keringnya hanya berkata lirih, _"Robbi, wa-ana 'abduka ..."_


Tahanan lain yang menyaksikan kebiadaban itu serentak bertakbir sambil berkata, 

_"Bersabarlah wahai ustadz ... Insya Allah tempatmu di Syurga."_


Melihat kegigihan orang tua yang dipanggil ustadz oleh sesama tahanan, 'algojo penjara' itu bertambah memuncak amarahnya.


Ia perintahkan pegawai penjara untuk membuka sel, dan ditariknya tubuh orang tua itu keras-keras hingga terjerembab di lantai. 


_"Hai orang tua busuk...!!_

_Bukankah engkau tahu, aku tidak suka bahasa jelekmu itu ?!_

_Aku tidak suka apapun yang berhubungan dengan agamamu....!!!"_


Sang Ustadz lalu berucap, _"Sungguh ... aku sangat merindukan kematian, agar aku segera dapat menjumpai kekasihku yang amat kucintai, Allah SWT._


_Karena kini aku berada di puncak kebahagiaan karena akan segera menemui-Nya._


_Maka patutkah aku berlutut kepadamu, hai manusia busuk ?_


_Jika aku turuti kemauanmu, tentu aku termasuk orang2 yg zhalim"._


Baru saja kata-kata itu terhenti, sepatu laras Roberto sudah mendarat di wajahnya.

Laki-laki itu terhuyung-huyung.

Kemudian jatuh terkapar di lantai penjara dengan wajah bersimbah darah.


Ketika itulah dari saku baju penjaranya yang telah lusuh, meluncur sebuah 'Buku Kecil'. 


Adolfo Roberto bermaksud memungutnya. 


Namun tangan sang Ustadz telah terlebih dahulu mengambil dan menggenggamnya erat-erat.


_"Berikan buku itu, hai laki-laki dungu !"_, bentak Roberto.


_"Haram bagi tanganmu yang kafir dan berlumuran dosa untuk menyentuh barang suci ini !"_, ucap sang ustadz dgn tatapan menghina pada Roberto.


Tak ada jalan lain, akhirnya Roberto mengambil jalan paksa untuk mendapatkan buku itu. 


Sepatu laras berbobot dua kilogram itu ia gunakan untuk menginjak jari-jari tangan sang ustadz yang telah lemah. 


Suara gemeretak tulang yang patah terdengar menggetarkan hati.


Namun tidak demikian bagi Roberto. 


Laki-laki bengis itu malah merasa bangga mendengar gemeretak tulang yang terputus. 


Bahkan 'algojo penjara' itu merasa lebih puas lagi ketika melihat tetesan darah mengalir dari jari-jari musuhnya yang telah hancur.


Setelah tangan renta itu tak berdaya, Roberto memungut buku kecil yang membuatnya penasaran. 


Perlahan Roberto membuka sampul buku yang telah lusuh


Mendadak algojo itu termenung dan berkata dalam hatinya :

_"Ah ... sepertinya aku pernah mengenal buku ini._

_Tapi kapan ??_

_Ya, aku pernah mengenal buku ini."_ suara hati Roberto bertanya-tanya.


Perlahan Roberto membuka lembaran pertama itu.


Jenderal berumur 30 tahun itu bertambah terkejut tatkala melihat tulisan-tulisan "aneh" dalam buku itu. 


Rasanya ia pernah mengenal tulisan seperti itu dahulu. 


Namun, sekarang tak pernah dilihatnya di bumi Spanyol.


Akhirnya Roberto duduk di samping sang ustadz yang sedang sakarat melepas nafas-nafas terakhirnya. 


Wajah bengis sang algojo kini diliputi tanda tanya yang dalam.


Mata Roberto rapat terpejam.


Ia berusaha keras mengingat peristiwa yang di alaminya sewaktu masih kanak-kanak dulu.


Perlahan, sketsa masa lalu itu tergambar kembali dalam ingatan Roberto.


Pemuda itu teringat ketika suatu sore di masa kanak-kanaknya terjadi kericuhan besar di negeri tempat kelahirannya ini. 


Sore itu ia melihat peristiwa yang mengerikan di lapangan Inkuisisi (lapangan tempat pembantaian kaum muslimin di Andalusia). 


Di tempat itu tengah berlangsung pesta darah dan nyawa.


Beribu-ribu jiwa kaum muslimin yg tak berdosa berjatuhan di bumi Andalusia. 


Di ujung kiri lapangan, beberapa puluh wanita berhijab (jilbab) digantung pada tiang-tiang besi yang terpancang tinggi. 


Tubuh mereka bergelantungan tertiup angin sore yang kencang, membuat pakaian muslimah yang dikenakan berkibar-kibar di udara.


Sementara, di tengah lapangan ratusan pemuda Islam dibakar hidup-hidup pada tiang-tiang salib, hanya karena tidak mau memasuki agama yang dibawa oleh para rahib.


Seorang bocah laki-laki mungil tampan, berumur tujuh tahunan, malam itu masih berdiri tegak di lapangan Inkuisisi yang telah senyap. 


Korban-korban kebiadaban itu telah syahid semua.


Bocah mungil itu mencucurkan airmatanya menatap sang ibu yang terkulai lemah di tiang gantungan. 


Perlahan-lahan bocah itu mendekati tubuh sang Ummi (ibu) yang sudah tak bernyawa, sembari menggayuti abaya hitamnya.


Sang bocah berkata dengan suara parau,

_"Ummi.. ummi.. mari kita pulang. Hari sudah malam._

_Bukankah ummi telah berjanji malam ini akan mengajariku lagi tentang alif, ba, ta, tsa ....?_

_Ummi, cepat pulang ke rumah ummi ..."_


Bocah kecil itu akhirnya menangis keras, ketika sang ummi tak jua menjawab ucapannya. 


Ia semakin bingung dan takut, tak tahu harus berbuat apa. 


Untuk pulang ke rumah pun ia tak tahu arah.


Akhirnya bocah itu berteriak memanggil bapaknya, _"Abi ... Abi ... Abi ..."_


Namun ia segera terhenti berteriak memanggil sang bapak ketika teringat kemarin sore bapaknya diseret dari rumah oleh beberapa orang berseragam.


_"Hai ... siapa kamu?!"_ teriak segerombolan orang yang tiba-tiba mendekati sang bocah.


_"Saya Ahmad Izzah, sedang menunggu Ummi ..."_ jawab sang bocah memohon belas kasih. 


_"Hah ... siapa namamu bocah ??_

_Coba ulangi !!!"_

bentak salah seorang dari mereka


_"Saya Ahmad Izzah ..."_ sang bocah kembali menjawab dengan rasa takut. 


Tiba-tiba "plak! sebuah tamparan mendarat di pipi sang bocah. 


_"Hai bocah ...! Wajahmu bagus tapi namamu jelek._

_Aku benci namamu._

_Sekarang kuganti namamu dengan nama yang bagus._

_Namamu sekarang 'Adolfo Roberto' ..._

_Awas !_

_Jangan kau sebut lagi namamu yang jelek itu._

_Kalau kau sebut lagi nama lamamu itu, nanti akan kubunuh!"_ ancam laki-laki itu.


Sang bocah meringis ketakutan, sembari tetap meneteskan air mata.


Anak laki-laki mungil itu hanya menurut ketika gerombolan itu membawanya keluar dari lapangan Inkuisisi. 


Akhirnya bocah tampan itu hidup bersama mereka.


Roberto sadar dari renungannya yang panjang. 


Pemuda itu melompat ke arah sang tahanan. 


Secepat kilat dirobeknya baju penjara yang melekat pada tubuh sang ustadz. 


Ia mencari-cari sesuatu di pusar laki-laki itu. 


Ketika ia menemukan sebuah 'tanda hitam' ia berteriak histeris, _"Abi... Abi ... Abi ..!!."_


Ia pun menangis keras, tak ubahnya seperti Ahmad Izzah dulu.


Pikirannya terus bergelut dengan masa lalunya. 


*Ia masih ingat betul, bahwa buku kecil yang ada di dalam genggamannya adalah Kitab Suci milik bapaknya, yang dulu sering dibawa dan dibaca ayahnya ketika hendak menidurkannya...* 


*Ia juga ingat betul ayahnya mempunyai 'tanda hitam' pada bagian pusarnya.*


Pemuda beringas itu terus meraung dan memeluk erat tubuh renta nan lemah.


Tampak sekali ada penyesalan yang amat dalam atas ulahnya selama ini. 


*Lidahnya yang sudah berpuluh-puluh tahun alpa akan Islam, saat itu dengan spontan menyebut,* 


*_"Abi ... aku masih ingat alif, ba, ta, tsa ..."_*


Hanya sebatas kata itu yang masih terekam dalam benaknya.


Sang ustadz segera membuka mata ketika merasakan ada tetesan hangat yang membasahi wajahnya. 


Dengan tatapan samar dia masih dapat melihat orang yang tadi menyiksanya habis-habisan kini tengah memeluknya. 


_"Tunjuki aku pada jalan yang telah engkau tempuh Abi, tunjukkan aku pada jalan itu ..."_


Terdengar suara Roberto memelas.


Sang ustadz tengah mengatur nafas untuk berkata-kata, ia lalu memejamkan matanya. 

Air matanya pun turut berlinang. 


Betapa tidak, jika sekian puluh tahun kemudian, ternyata ia masih sempat berjumpa dengan buah hatinya, ditempat ini. 


Sungguh tak masuk akal. 


Ini semata-mata bukti kebesaran Allah.


Sang Abi dengan susah payah masih bisa berucap.

_"Anakku, pergilah engkau ke Mesir. Di sana banyak saudaramu. Katakan saja bahwa engkau kenal dengan Syaikh Abdullah Fattah Ismail Al-Andalusy._

_Belajarlah engkau di negeri itu"._


Setelah selesai berpesan sang ustadz menghembuskan nafas terakhir dengan berbekal kalimah indah "Dua Kalimah Syahadat..!


Beliau pergi menemui Robbnya dengan tersenyum, setelah sekian lama berjuang di bumi yang fana ini.


                 *******


Beberapa tahun kemudian...


Ahmad Izzah telah menjadi seorang Ulama Besar di Mesir. 


Seluruh hidupnya dibaktikan untuk agama Islam, sebagai ganti kekafiran yang di masa muda sempat disandangnya.


Banyak pemuda Islam dari berbagai penjuru dunia berguru kepadanya ... *Al-Ustadz Ahmad Izzah Al-Andalusy.*


Sang Ulama berpesan kepada Seluruh Umat Islam se dunia:

*Jangan engkau pilih Pemimpin yang menzhalimi para Ulama* dan *Jangan kau pilih pemimpin yang suka berdusta.*


Firman Allah swt :


_"Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah, tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrahnya itu.Tak ada perubahan atas fitrah Allah. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui."_

(QS. 30:30)

Senin, 10 Mei 2021

Duh, Indahnya Nasehat Ini

 السلام عليكم ورحمة الله وبر كا ته 



Saudaraku...

Pada suatu hari, Rasulullah SAW sedang berkumpul dengan para sahabatnya. Di tengah perbincangan dengan para sahabat, tiba-tiba Rasulullah SAW tertawa ringan sampai terlihat gigi depannya.

Umar RA. yang berada di situ, bertanya : "Apa yang membuatmu tertawa wahai Rasulullah ?"

Rasulullah SAW menjawab : "Aku di beritahu Malaikat, bahwa pada hari kiamat nanti, ada dua orang yang duduk bersimpuh sambil menundukkan kepala di hadapan Allah SWT".

Salah seorang mengadu kepada Allah sambil berkata : ‘Ya Rabb, ambilkan kebaikan dari orang ini untukku karena dulu ia pernah berbuat zalim kepadaku'.

Allah SWT berfirman : "Bagaimana mungkin Aku mengambil kebaikan saudaramu ini, karena tidak ada kebaikan di dalam dirinya sedikitpun ?"

Orang itu berkata : "Ya Rabb, kalau begitu, biarlah dosa-dosaku di pikul olehnya".


Sampai di sini, mata Rasulullah SAW berkaca-kaca. Rasulullah SAW tidak mampu menahan tetesan airmatanya. Beliau menangis.

Lalu, beliau Rasulullah berkata : _*"Hari itu adalah hari yang begitu mencekam, di mana setiap manusia ingin agar ada orang lain yang memikul dosa-dosa nya".*_


Rasulullah SAW  melanjutkan kisahnya.

Lalu Allah berkata kepada orang yang mengadu tadi : "Sekarang angkat kepalamu".

Orang itu mengangkat kepalanya, lalu ia berkata : "Ya Rabb, aku melihat di depanku ada istana-istana yang terbuat dari emas, dengan puri dan singgasananya yang terbuat dari emas & perak bertatahkan intan berlian. Istana-istana itu untuk Nabi yang mana, ya Rabb..?

Untuk orang shiddiq yang mana, ya Rabb..?

Untuk Syuhada yang mana, ya Rabb..?"

Allah SWT berfirman : _*"Istana itu di berikan kepada orang yang mampu membayar harganya".*_

Orang itu berkata : "Siapakah yang  mampu membayar harganya, ya Rabb..?"

Allah berfirman : *"Engkau pun mampu membayar harganya".*

Orang itu terheran-heran, sambil berkata : "Dengan cara apa aku membayarnya, ya Rabb ?"

Allah berfirman : *"CARAya, engkau MAAFkan saudaramu yang duduk di sebelahmu, yang kau adukan kezalimannya kepada-Ku".*

Orang itu berkata : "Ya Rabb, kini aku memaafkannya".

Allah berfirman : "Kalau begitu, gandeng tangan saudaramu itu, dan ajak ia masuk surga bersamamu".


Setelah menceritakan kisah itu, Rasulullah SAW. berkata : _*"Bertakwalah kalian kepada Allah dan hendaknya kalian SALING BERDAMAI dan MEMAAFkan. Sesungguhnya Allah mendamaikan persoalan yang terjadi di antara kaum muslimin".*_

(Kisah di atas terdapat dalam hadits yang di riwayatkan oleh Imam al-Hakim, dengan sanad yang shahih).


*******


Saudaraku dan Sahabatku tercinta,

Amalan hati yang nilainya tinggi di hadapan Allah adalah *meminta maaf, memberi maaf, dan saling memaafkan*.

"Tolong bukakan pintu Maaf tuk diriku ya  saudara dan sahabatku  tersayang sekiranya pernah menyakitimu dalam perkataan dan perbuatan."


Semoga kita bersama-sama masuk Syurga nya Allah SWT".


Salam persaudaraan dan persahabatan.

آمِيّنْ  آمِيّنْ  آمِيّنْ  يَا رَبَّ العَـــالَمِيْن.....


Di bulan Ramadhan ini Saya dan keluarga mohon maaf lahir bathin, atas segala salah dan khilaf yang telah kulakukan selama ini 🙏🏻🙏🏻🙏🏻

Semoga di bulan ramadhan nanti Allah akan selalu memberikan keberkahan dan maghfirah kepada kita semua

kisah

 Diceritakan sebuah kisah ketika Rasulullah SAW masuk ke rumah Fathimah, putri tercintanya.

Saat Fathimah berbaring untuk tidur, Rasulullah SAW berkata:

"Wahai Fathimah. Janganlah tidur sebelum engkau lakukan empat hal; mengkhatam Alquran, memperoleh syafaat dari para nabi, membuat hati kaum mukminin dan mukminat senang dan rida kepadamu, serta melakukan haji dan umrah."

Mendengar hal tersebut, Fathimah bertanya kepada Rasulullah, "Bagaimana mungkin aku melakukan itu semua sebelum tidur?"

Seraya tersenyum, Rasulullah SAW menjawab:

"Bacalah Surat Al Ikhlas tiga kali karena sama halnya dengan mengkhatam Alquran. Kemudian bacakan sholawat untukku agar mendapat syafaat dariku dan para nabi sebelumku. Lalu untuk mendapatkan rasa ridha dari kaum Mukmin maka hendaklah membaca istighfar bagi dirimu, orangtuamu, dan seluruh kaum Muslim. Sedangkan untuk menunaikan haji dan umrah, umat Muslim dapat membaca subhanAllaah walhamdulillaahi walaa ilaaha illa Allahu wAllaahu akbar karena dinilai sama dengan orang yang melakukan haji dan umrah."

Dapat disimpulkan bahwa mengikuti anjuran Nabi Muhammad SAW sebelum tidur dapat dilakukan melalui empat amalan berikut.

1. Membaca surat Al Ikhlas

2. Membaca sholawat Nabi Muhammad SAW dan para nabi sebelumnya.

Wa shallallāhu ‘alā sayyidinā Muhammadin wa ‘alā ālihī wa shahbihī wa sallama 

Allāhumma shalli wa sallim wa bārik ‘alā sayyidinā Muhammadin wa ‘alā ālihī wa shahbihī

Wasallam, Subhaana Rabbika rabbil Izzati ammaa yashifuuna wasalaamun alalmursaliina walhamdulillaahi Rabbil'aalamiin


3. Membaca istighfar untuk kebaikan diri sendiri dan orang banyak Subhanallah wa bihamdihi, astagfirullah wa atubu ilaihi, (Mahasuci Allah dengan segala pujinya, aku memohon ampun kepada Allah.

*اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَات وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَات*


*Allahummaghfirlil muslimiina wal muslimaat wal mu'miniina wal mu'minaat, al ahyaa i minhum wal amwaat*


"Ya Allah, ampunilah seluruh kaum muslimin dan kaum muslimat, kaum mukminin dan kaum mukminat, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal".


*YaAllah semua umat islam seluruh Dunia berilah hidayah taufik dan ampunilah semua Dosa-Dosa kami maafkanlah semua kesalahan kami dan masukkanlah kami Ke Surga--MU tanpa HISAB dengan RAHMAT--MU  Aamiin

4. Membaca lafal Subhanallah wal hamdulillah wa la ilaha illallah wallahu akbar, wa la haula wa la quwwata illa billahil aliyyil adhim."Subhaanallahi wa bihamdihi, ‘adada khalqihi, wa ridhaa nafsihi, wa zinata ‘arsyihi, wa midaada kalimaatih” (Maha Suci Allah, dan Maha Terpuji-lah Dia, sejumlah makhluk ciptaan-Nya, setingkat ridha Diri-Nya, seberat ‘Arsy-Nya, dan sebanyak tinta Kalimat-kalimat-Nya”.

 Lahaula walakuata illabillahil ‘aliyyil azhiimi

Minggu, 09 Mei 2021

TANGISAN RASULULLAH..

 

Sdh disampaikan di mushola Al Musyarofah

Kisah Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم tak pernah habis untuk diceritakan. Dalam sejarah manusia, tidak ada sosok manusia yang sejarahnya ditulis secara detail dan transparan kecuali baginda Nabi صلى الله عليه وسلم.


Ada satu kisah yang menggetarkan hati saat baginda Rasulullah صلى الله عليه وسلم menangis hingga tangisannya mengguncang 'Arasy dan membuat Malaikat lupa membaca tasbih. 


Dikisahkan, suatu hari waktu Rasulullah sedang asyik bertawaf di Ka'bah, beliau mendengar seseorang di hadapannya bertawaf, sambil berzikir: "Ya Karim! Ya Karim!" Rasulullah صلى الله عليه وسلم kemudian menirukan ucapan orang itu, "Ya Karim! Ya Karim!"


Orang itu Ialu berhenti di salah satu sudut Ka'bah, dan berzikir lagi: "Ya Karim! Ya Karim!" Rasulullah صلى الله عليه وسلم yang berada di belakangnya mengikut zikirnya: "Ya Karim! Ya Karim!" 


Merasa seperti diolok, orang itu menoleh ke belakang dan terlihat olehnya seorang laki-laki yang gagah, tampan dan belum pernah dikenalinya. 

Orang itu Ialu berkata: "Wahai orang tampan! Apakah engkau memang sengaja memperolok-olokkanku, karena aku ini adalah orang Arab badui? 

Kalaulah bukan kerana ketampananmu dan kegagahanmu, pasti engkau akan aku laporkan kepada kekasihku, MuhammadRasulullah.


"Mendengar kata-kata orang badui itu, Rasulullah صلى الله عليه وسلم tersenyum, lalu bertanya: "Tidakkah engkau mengenali Nabimu, wahai orang Arab?" "Belum," jawab orang itu.


"Jadi bagaimana kau beriman kepadanya?" "Saya percaya dengan mantap atas kenabiannya, sekalipun saya belum pernah melihatnya, dan membenarkan perutusannya, sekalipun saya belum pernah bertemu dengannya," kata orang Arab Badui itu.


Rasulullah صلى الله عليه وسلم pun berkata kepadanya: "Wahai orang Arab! Ketahuilah aku inilah Nabimu di dunia dan penolongmu nanti di akhirat!" Melihat Nabi di hadapannya, dia tercengang seperti tidak percaya kepada dirinya. "Tuan ini Nabi Muhammad?" "Ya" jawab Nabi. Dia pun segera tunduk untuk mencium kedua kaki Rasulullahصلى الله عليه وسلم.. 


Melihat itu, Rasulullah صلى الله عليه وسلم menarik tubuh orang Arab itu, seraya berkata kepadanya: "Wahai orang Arab! janganlah berbuat seperti itu. Perbuatan itu biasanya dilakukan oleh hamba sahaya kepada juragannya. Ketahuilah, Allah mengutusku bukan untuk menjadi seorang yang takabbur yang meminta dihormati, atau diagungkan, tetapi demi membawa berita. 


Ketika itulah, Malaikat Jibril turun membawa berita dari langit dia berkata: "Ya Muhammad! Tuhan As-Salam mengucapkan salam kepadamu dan berfirman: "Katakanlah kepada orang Arab itu, agar dia tidak terpesona dengan belas kasih Allah. 

Ketahuilah bahwa Allah akan menghisabnya di hari Mahsyar nanti, akan menimbang semua amalannya, baik yang kecil maupun yang besar!" Setelah menyampaikan berita itu, Jibril kemudian pergi.


Maka orang Arab itu pula berkata: "Demi keagungan serta kemuliaan Rabb semesta alam, jika DIA membuat perhitungan atas amalan hamba, maka hamba pun akan membuat perhitungan kepada-Nya!" kata orang Arab badwi itu.


"Apakah yang akan engkau perhitungkan dengan Tuhan?" kata Rasulullah.


"Jika Tuhan akan memperhitungkan dosa-dosa hamba, maka hamba akan memperhitungkan betapa kebesaran maghfirah-Nya," jawab orang itu.


"Jika Dia memperhitungkan kemaksiatan hamba, maka hamba akan memperhitungkan betapa keluasan pengampunan-Nya. Jika Dia memperhitungkan kekikiran hamba, maka hamba akan memperhitungkan pula betapa kedermawanan-Nya!"


Mendengar ucapan laki-laki Badui itu, maka Rasulullah صلى الله عليه وسلم pun menangis mengingatkan betapa benarnya kata-kata orang Arab badwi itu. Air mata beliau yang mulia meleleh membasahi janggutnya. 


Melihat itu Malaikat Jibril turun lagi seraya berkata: "Ya Muhammad! Tuhan As-Salam menyampaikan salam kepadamu dan berkata: "Berhentilah engkau dari menangis! Sesungguhnya karena tangismu, penjaga 'Arasy lupa dari bacaan tasbih dan tahmidnya, sehingga ia bergoncang. 


Katakan kepada temanmu itu, bahwa Allah tidak akan menghisab dirinya, juga tidak akan memperhitungkan kemaksiatannya. Allah sudah mengampuni semua kesalahannya dan ia akan menjadi temanmu di surga nanti!"


Betapa gembiranya orang Arab Badui itu mendengar kabar tersebut. Ia pun menangis karena tidak berdaya menahan haru dan bahagianya.


Rasulullah Juga Menangis Memikirkan Umatnya


Dalam riwayat lain juga disebutkan, Nabi صلى الله عليه وسلم pernah menangis karena memikirkan umatnya. Beliau menangis ketika teringat ucapan terakhir Nabi Isa 'alaihissalam yang diabadikan dalam Al-Qur'an Surah Al Maidah Ayat 118:


إِنْ تُعَذِّبْهُمْ فَإِنَّهُمْ عِبَادُكَ ۖ وَإِنْ تَغْفِرْ لَهُمْ فَإِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ


"Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba-Mu, dan jika Engkau mengampuni mereka, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana."


Nabi صلى الله عليه وسلم sedih karena ucapan Nabi Isa ini menandakan 'Isa berlepas tangan terhadap urusan ummatnya'. Semua urusan ummatnya diserahkannya secara bulat-bulat kepada Allah. Apakah Allah mau menyiksa atau mengampuni.


Nabi صلى الله عليه وسلم mengatakan kepada Malaikat Jibril bahwa beliau tidak ingin berpisah dengan ummatnya di dunia ini jika tidak ada jaminan keselamatan dari Allah 'Azza wa Jalla.


Dalam kisah lain juga diceritakan bahwa Rasulullah صلى الله عليه وسلم pernah jatuh pingsan ketika mendengar kabar Jibril bahwa di antara umatnya ada yang masuk neraka karena dosa-dosa besar. Beliau menangis kemudian memohon kepada Allah 'Azza wa Jalla agar memberi syafa'at kepada umatnya.


Subhanallah, begitu besarnya kecintaan Rasulullah صلى الله عليه وسلم kepada umatnya.

KRONOLOGI PEMBUNUHAN HABIL

  Part 1 Awal munculnya kedengkian Setelah pasangan Nabi Adam ‘alaihissalam dan Hawa turun ke bumi, Allah Subhanahu wa Ta’ala mengaruniak...